“Ustadzah ini ada kado selamat hari guru”, ucap beberapa anak menghampiriku saat baru masuk kelas. Gelagapan dong, apa iya 5 Oktober diperingati sebagai hari guru. Cus otw google searching apa benar hari ini diperingati sebagai hari guru. 5 Oktober diperingati sebagai hari guru sedunia. Masyallah anak seumuran mereka sudah mengerti informasi perayaan. Sebahagia itu bisa diingatkan oleh mereka. jadi flashback ke masa kecil, tidak mengenal perayaan hari guru. Titip doa untuk guru-guruku dari SD, SMP, SMA sampai guru selalu dalam lindungan Allah. Alfatihah untuk guruku yang sudah berpulang ke rahmatuhllah, inshaallah ilmu yang diajarkan jadi jariyah beliau di alam kubur.
Kalau peringatan hari guru nasional diperingati setiap tanggal 25 November setiap tahunnya. Tidak ada salahnya bukan mengapresiasi para guru-guru yang sudah berjuang membangun karakter selama di sekolah.
Aku jadi teringat kembali momen perayaan hari guru di tahun
2022. Ramai jadi sorotan “Enak ya jadi walas dapat kado banyak, lah guru
mapel dapat doa aja”. Nah apa komentar kalian coba?. Sejatinya wali kelas
adalah guru yang lebih banyak mengurus perihal siswa di dalam kelas, baik
administrasi, permasalahan siswa, keluhan orangtua terhadap pembelajaran di
kelas. Yang menampung pertama adalah wali kelas. namun bukan berarti selain guru wali kelas seperti guru mapel, guru TU, BK tidak memperhatikan siswa-siswinya, semua guru pasti memperhatikan anak didiknya selama di sekolah.
Dari sudut pandang guru mata pelajaran, guru yang mengajarnya beberapa kelas dalam setiap hari, kedekatan antara guru dan siswa tidak begitu terjalin saat hari guru tidak ada hal yang berkesan.
Boleh Nggak Sih Memberikan Kado Di Hari Guru?
Boleh-boleh aja asal memberikannya ikhlas. Coba bayangin deh saat selesai jam pelajaran sekolah semua guru pasti berkumpul di kantor sebelum absen pulang. Para guru walas membawa buket bunga bermacam-macam, si guru mapel tidak mendapatkan apa yang didapatkan walas. Bagaimana responnya? Pasti bermacam-macam, ada lho sekolah yang tidak memperbolehkan siswanya memberikan kado kepada para guru dengan alasan agar tidak ada kecemburuan sosial.
Kadang demi keadilan bersama kepala sekolah membuat aturan semua kado yang didapat guru walas dikumpulkan jadi satu, kemudian dibagi rata untuk semua guru. Indahnya kebersamaan.
Ada juga anak didik yang sangat mengerti kondisi, mereka sengaja urunan satu kelas agar bisa memberikan hadiah untuk semua para guru di sekolah. Untuk induk guru, alias guru wali kelas sengaja mereka dipersiapkan lebih mewah karena memang guru walas yang selalu berhadapan dengan mereka setiap hari.
Nah sudah seperti itu tidak ada kecemburuan bukan antara guru, indahnya rasa saling pengertian.
Tidak perlu melihat seberapa banyak hadiah yang diberikan, tapi lihatlah ketulusan anak-anak memberikah hadiah untuk gurunya. Effortnya itu loh, menggerakna teman-teman sekelasnya.
Sosok Guru Dimataku
Kalau dari kecil sepemahaman aku guru adalah orang yang mengajar di sekolah atau di TPQ. Setelah dewasa aku baru paham semua yang aku lihat, aku tiru adalah guru. Jadi semua orang bisa jadi guru tidak semua orang punya jiwa guru.
Ada guru di sekolah dan ada guru kehidupan. Seperti diatas adalah guru sekolah, sedangkan guru kehidupan adalah sosok yang kita temui setiap hari, dimanapun tempatnya, di tempat baru.
sejak kapan ya hari guru murid harus memberikan apresiasi kepada gurunya di kelas? seingatku dulu jaman sekolah tidak ada namanya peringatan hari guru. peringatan hari guru mencuat dalam 2 tahun terakhir ini, dan para siswa lah yang punya semangat antusias merayakan momen hari guru.
Apakah guru hanya ada di sekolah? secara profesi iya guru hanya ada di sekolah, namun secara arti lebih guru, siapapun yang sudah memberikan kita pengetahuan layak di sebut guru. So kalian sudah ucapin guru untuk guru-guru yang pernah mengajari sampean?
Kado Untuk Hari Guru
Viral beberapa kasus bullying, tindakan kekeras terahadapa guru dan murid di media sosial. Dari mulai anak sd mata kirinya dicolok tusuk pentol sampai guru agama di salah satu sekolah SMA di jawa tengah dibacok salah satu muridnya sendiri.
Pertanyaanya guru yang salah atau muridnya tidak bisa kontrol emosi. Miris sekali dunia pendidikan saat ini, taruhannya nyawa. Jadi guru harus siap dikritik, dikritik terus diupload ke media sosial untuk walimurid.
Benar-benar kado di hari guru yang cukup tragis.....menjadi guru zaman sekarang resikonya bisa dimusuhi walimurid. Anaknya dis sekolah tidak bisa mengikuti pelajaran, gurunya dituntut, anaknya disuruh solat oleh guru tidak mau, gurunya diprotes. Lantas guru harus bertindak semau murid, lah budak dong namanya.
Kalau mau cuan banyak ya jangan jadi guru, karena jadi guru itu nggak ada bayarannya. Aku orang yang tidak setuju, serendah itu jadi guru sampai tidak ada gajinya. “jadi guru perlu -transport, perlu modal, perlu sekolah tidak ujuk-ujuk”. Agaknya kalimat itu harus pelan-pelan dihapus dan diganti “ jadi guru itu nggak mudah, perlu perjuangan meski bayarannya kecil tapi resikonya luar biasa”. eh maaf ya.
Makin sering aku melihat seliweran fyp di tiktok guru jadi content creator. Rutin men-share aktivitas pembelajaran di kelas. Pertanyaannya? Apa benar sesuai realitas video pembelajaran di kelas semenyenangkan itu? ups. Ada kok yang memang videonya betul apa adanya. Baru-baru ini beberapa guru konten creator diudangan kemendikbud di jakarta untuk megikuti serangkaian workshop pembelajaran.
Cukup membuktikan ya menjadi guru tidak melalu terpinggirkan, asalkan seorang guru mau berkembang mengikuti keadaan tidak ada namanya kekurangan atau ketertinggalan. Soal guru jadi konten kreator kenapa enggak? Bebas siapapun boleh, itung-itung penghasilan sampingan kan tahu sendiri gaji guru berapa? Apalagi guru honorer menangis tiap bulan yang ada.
Itulah kehebatan guru, sumber rezeki bermacam macam.
Ngomong-ngomong soal guru jadi teringat ungkapa seseorang “jadilah guru di rumah dan di lingkunganmu”. Kadang gini orang berporfesi sebagai guru di sekolah, setiap tindakan, tutur kata selalu jadi perhatian siswa-siswanya, saat di luar sekolah alias kembali ke kehidupan luar dia sengaja melepas profesi guru “guru kan di sekolah kalau dirumah yang bukan guru”. Ternyata hal itu tidak dibenarkan kawan.
Masa iya di sekolah sebagai guru berperilaku santu, suka memuji, saat diluar sekolah berperilaku ugal-ugalan kan tidak pantas dengan gelar yang disandang.
Posting Komentar
Posting Komentar