Cari tambahan sebagai pengajar privat merupakan keuntungan lumayan. Kenapa tidak? memanfatkan ilmu yang sudah didapat sekaligus mendakwahkannya. Anak kuliahan sering melakukannnya, istilahnya kerja part time. Menjadi guru les dari satu rumah ke rumah memerlukan waktu extra dari perangkat belajarnya, model mengajarnya bahkan tenaga dan pikiran perlu extra juga. Bayangkan saja guru mengajari satu anak satu rumah dengan background keluarga beragam.
Baru-baru ini viral video @dodizulkifli menolak memanggilkan guru ngaji ke rumah. Sedangkan sang istri kekeh karena anak tersebut tidak bisa fokus bila belajar mengaji di tempat mengaji. Ayahnya menolak permintaan ibu memanggilkan guru ngaji.
Bila guru tersebut datang ke rumah, anak tetap akan di zona nyamannya, merasa punya kuasa penuh, karena memang tempatnya sendiri. Anak tidak akan merasakan pahitnya mencari ilmu, daripada memendam perihnya kebodohan seperti kata Imam Syafi’i .
“Ilmu didatangi bukan mendatangi. ilmu diraih dengan kesungguhan. Guru itu sangat mulia makanya murid yang harusnya mendatangi”.
Benar adanya aku pun merasakan hal seperti diatas. Jadi guru les sejak kuliah, datang ke rumah menghadapi anak yang super tidak bisa atur, seenaknya dengan guru, galak sedikit ke anak dianggap terlalu keras. guru tidak disiplin mengajar langsung besoknya ganti.
Itu terjadi tidak sekali, dua tiga bahkan berkali-kali. Guru itu sangat mulia, pantas kah seorang guru ketika datang mengajari les di rumah tidak sambut dengan ramah?, anak tidak disiapkan belajar sebelum ke guru lesnya, waktunya les belajar malah minta main, anaknya mood-an alhasil gurunya nungguin jadi buang-buang waktu. Saat selesai les pun pulangnya tidak disambut, malah ortunya di kamar aja tidak mengantarkan sampai gerbang.
Semenjak jadi guru les pelajaran atau mengaji dari kuliah sampek sekarang baru pertama kali merasa dihormati sekali datang ke rumah. Tepatnya tahun 2021 kemarin. Penyambutan dan kepulangan selalu membersamai sebagai bentuk pernghormatan sebagai guru dan tamu. Orangtua tersebut menyadari anaknya yang sudah kelas 5 tapi baca jilidnya masih terbata-bata, dan harus dikebut agar cepat baca Al Quran karena kalau mengandalkan ngaji di sekolah hasilnya terlalu lama, dulu pernah ngaji di rumah guru terus berhenti karena gurunya punya baby.
Orangtua juga menyadari kadar baca alquran tidak mumpuni untuk mengajari anaknya sendiri. Pernah aku menunggu di depan gerbang, karena nggak dibukain pintu anaknya di dalam kebetulan ayahnya lagi jemput ibunya. Ketika lihat aku dari jauh masih duduk-duduk didepan, buru-buru ngebut agar sampai depan gerbang dan membukakan pintu gerbang.
Masyaallah disini aku melihat sopan dan peduli dengan diriku sebagai guru ngaji meski umurku masih muda daripada beliaunya.
“Setuju, timba mendatangi sumur, karena disitu ada langkah dan usaha yang menjadikan berkah bagi yang menuntut ilmu”. Oemar mita.
Alasan orangtua mendatangkan guru ke rumah menurut survey yang pernah aku lakukan: merasa anak mengalami keterlambatan belajar meskipun sudah diajari di rumah oleh ibunya, merasa jika belajar di tempat bimbel hasilnya tidak akan maksimal karena terlalu banyak siswa di kelas, orangtua bisa lebih mengawasi anak saat belajar dirumah meski bersama orang lain, orangtua tidak sempat mengajari anak dirumah karena jam pulang kerja sudah capek.
Itu dari sudut pandang guru les datang ke rumah. Justru ada perbedaan jauh saat aku menjadi guru ngaji di lembaga sebutlah TPQ. Di TPQ anak-anak mendatangi tempat mengaji dimana guru ngajinya sudah tersedia. Hari dan jam sudah ditentukan, metode sudah disiapkan, bila ada hal yang perlu dikomunikasikan walimurid dan guru bisa berbincang menemukan solusi.
Rasanya amat berbeda. Anak-anak yang hadir mengaji bersama temannya lebih ke menguji kesabaran, keberanian, mengasah mental pribadi anak tersebut. Tanpa orangtua anak dititipkan ke tempat yang inshallah penuh barokah dengan didikan guru yang sudah tersertifikasi.
Apa kelebihan mengaji di TPQ? Anak belajar mawas diri saat tidak berada dekat dengan orangtuanya, anak belajar bersosialisasi, anak belajar bertanggung jawab atas barang pribadi yang dia punya.
Pengalaman real, salah satu walimurid anaknya berusia 3 tahun kalau aku tidak salah ingat. Datang ke TPQ minta izin anaknya mengaji, anak ini tipe kurang bersosialisasi, di rumah jarang bermain ke luar, saat mengaji pun ia harus ditemani ibunya didalam kelas. Berita baiknya, ibunya ini paham kondisi anaknya dan ingin anaknya ada perubahan bila mengaji di tempat berbeda.
Anak ini didampingi ibunya di kelas hampir 1 tahun kurang lebih. Sesi anak ini ngajinya super lama, makanya dia ngajinya dietakkan di sesi akhir agar teman-temannya tidak bosan. Anin panggilannya, berganti guru selama mengaji dan sekarang dipindah masuk kelas aku.
Alhamdulillah progresnya memang tidak seberapa. Dulu kalau mengaji semau hatinya mau di kelas mana, Ibunya setiap hari masuk kelas mendampingi, kalau datang tidak langsung masuk nunggu diluar lama banget. Sekarang Ibunya sudah jarang menemani di kelas, mulai bisa berinteraksi dengan teman kelasnya.
Saat hari guru kemarin aku dikasih buket bunga dari adek Anin masyaallah aku terharu. Dia masuk kelas memberi buket ke aku, baru saja datang ngaji udah bilang “ustadah nanti aku kasih jajan” aku masih belum paham maksud dia aku iya iyain aja.
waktu selesai mengaji sebelum pulang “ini buat ustadah” |
Jadi mendatangkan guru atau guru yang didatangi? Ilmu tidak bisa diraih dengan santai, harus diraih penuh kesungguhan. Terutama untuk anak-anak yang terbiasa sejak kecil semua serba ada, lalu apa effortnya mencari ilmu. Karena bila semua sudah disiapkan, masih ketergantungan sama orangtuanga kapan anak akan bisa membentengi dirinya sendiri?.
Aku mulai terasa perbedaan cukup signifikan saat jadi guru les di rumah dan di lembaga.
Terimakasih sudah baca ulasan postingan guru ngaji, aku membuka sharing di kolom komentar aku tungguk komentar terbaik dan terunik kalian see yu next curhatan guru ngaji.
Artikel yang inspiratif. Guru yang berakhlak mulia dan berilmu tinggi biasanya akan semakin rendah hati, sudah pasti akan disegani muridnya. Mereka akan dengan senang hati mematuhi dan mengejar guru tersebut
BalasHapusSuka sama ide tulisannya, bikin milkir tapi benar sih yaa ... perlu diperhatikan dengan memanggil guru ke rumah, posisi sebenarnya menjadikan tuan rumah seakan "lebih". Rasanya gimanaa gitu ketika ortu tidak menyambut guru yang datang dan pulang padahal guru itu seharusnya diposisikan mulia. Cara ortu memperlakukan guru itu akan ditiru anak.
BalasHapusPertanyaan yang sangat menohok. Panggil guru ngaji atau datang ke tempat ngaji? Aku dulu ngaji datang ke tempat pengajian karena dulu rame banget yaa ngaji, dan anak2 dulu senang ngaji abis magrib biasanya. Kalau sekarang mau ngaji aja udah Alhamdulillah kayanya yaa karena tantangannya lebih besar zaman skrng. Jadi kepikiran juga dalam mendidik anakku nanti, aku sih lebih milih dia datang ke tempat ngaji. Agar bisa berinteraksi dengan orang lain dan belajar dari orang lain juga yaitu teman-temannya.
BalasHapusDi rumah, kami diajarkan bahwa untuk mendapatkan ilmu yang berkah, kita harus menjaga adab dengan guru.
BalasHapusSebagai seorang guru, aku juga pernah mendapat curhatan dari rekan kerja ku bahwa kalau belajar di rumah sendiri, biasanya anak akan tetap di zona nyaman nya dan tidak sungguh-sungguh. Guru pun juga merasa tidak bebas mengajar.
Aku pro ke kubu mencari ilmu mesti datang ke sumbernya, datang langsung sehingga ikhtiar kita mencari ilmu juga menjadi bernilai ibadah. Kalo ngaji berarti mesti datang ke tempat ngaji, jika memang harus ngaji di luar rumah. Tapi itu jika perorangan, atau hanya 1 atau orang. Case nya akan lain, jika sekeluarga yang ngaji atau mencari ilmu. Jika sekeluarga undang guru ngaji (bukan ngaji utk bisa baca Quran ya tp untuk tadabur Quran, memahami isi Al-Qur'an), maka undang guru ngajinya ke rumah akan lebih efektif. Jadi, situasional menurutku. Ilmu yang dipelajari apa, metodenya bagaimana, berapa jumlah yang belajar. Tentu bs berbeda caranya.
BalasHapusAyah saya pernah berkata "bukan sumur yang mencari timba tapi timba lah yang mendatangi sumur"
BalasHapusPetuah yang sampai sekarang masih saya simpan dan saya aplikasikan. Adab menuntut ilmu membuat seorang pencari ilmu merendahkan dirinya untuk mendapatkan keberkahan
Saya team yang mungkin lebih memilih mencari timba, selain mengambil berkahnya ya kita juga bakal belajar banyak hal mulai dari berangkat sampai pulang lagi adalah semuanya proses ibadah dan belajar. Selain itu kita akan bersosialisasi dengan banyak orang. Namun dalam case tertentu bisa jadi saya yang mengundnag guru ngaji untuk anak-anak saya, jika mereka masih kecil atau kondisinya mengharuskan guru yang dipanggil, misalnya dalam kondisi pandemi kemarin, akan lebih aman memanggil guru ke rumah.
BalasHapusTentunya setiap orangtua punya pertimbangan tertentu ketika memutuskan apakah akan mengambil keputusan A dan B. Apabila ada sikon-sikon tertentu termasuk pandemi. Namun saya setuju, untuk menghormati guru. Guru datang ke rumah pun harua dihormati. Datang ke tempatnya, juga harus menghormati.
BalasHapusSebelumnya tidak terpikirkan sama sekali bahwa mendatangkan guru ke rumah itu ternyata kurang elok. Masyaallah, terima kasih insight-nya, Kak. Benar-benar membuat merenung.
BalasHapusSetiap irang tua punya pendapat berbeda beda ya, bisa jadi memanggil kerumah krn tdk ada yg mengantar atau anak2 sudah lelah fullday school. Apapun pilihannya tujuannya baik ya bun. (Gusti yeni)
BalasHapusSetiap metode yang dipilih untuk pelajaran tambahan ini punya kelebihan dan kekurangan masing masing. Memang benar kalau belajar di rumah alias datangkan guru ke rumah, anak merasa superior. Tapi itu tergantung juga cara dia dididik sama ortunya untuk hargai orang lain. Kelebihannya, metode ini cocok untuk anak yang pemalu dan bahkan mungkin saja punya masalah tapi gak mau cerita sama ortu. Guru les yang datang bisa menjadi tempat curhatnya
BalasHapusSaya pribadi salah satu dari anak yang memanggil guru les datang ke rumah dan pernah jadi guru les dengan anak yang sedikit tempramen. Saya setuju bahwa meski memanggil guru, bukan berarti siswa bisa seenaknya melakukan tindakan yang tidak pantas bagi guru yang mengajar. Begitupun dengan guru yang mengajar siswa lesnya, meski guru tidak sepatutnya juga melakukan kekerasan atau penyelewengan wewenang.
BalasHapusApa pun pilihannya pasti punya banyak pertimbangan tersendiri ya mba.
BalasHapusSaya pernah mendatangkan guru les utk anak di rumah.
Tapi pernah juga anak les di bimbel.
Karena melihat kondisi aja saat itu memungkinkan atau tidak.
Masing2 pUnya kondisi yg berlainan ya.
BalasHapusMrmang yg ideal, murid mendatangi guru.
Tapi boleh jadi ada kondisi yg tdk memungkinkan
Sejujurnya, aku bertumbuh dari keluarga yang orangtuanya sangat khawatir dengan kondisi akademik anaknya gak sama dengan teman-teman. Jadi, dulu Ibuku panggil guru privat untuk pelajaran sekolah.
BalasHapusSedangkan mengaji, kami tetap berangkat ke masjid dan mengaji bersama tema-teman. Suka atau tidak, itulah kondisi anak zaman dulu yang minim gadget yaa..
Tentu godaannya yang seberat sekarang.
Semoga apapun keputusannya, ilmu bisa berkah bermanfaat baik bagi pengajarnya maupun bagi siswanya.
Sepertinya ada benarnya murid lah yang seharusnya mendatangi guru. Aku pernah ngajar les ke rumah murid. Pengalaman yang sampai sekarang ingin dilupakan tapi tak lupa-lupa. Sesi lama nunggu depan pagar. Udah mencet bel, udah diketok-keto lama dibukain. Rasanya nyut nyut di hati ☺.
BalasHapusDua hal seperti ini tentunya perlu dipikirkan matang-matang, baik dan buruknya, apalagi menyangkut "anak" dengan usia "anak-anak". Apapun itu, ntah mendatangkan guru ke rumah atau mendatangi guru, semua harus dilakukan dengan cara yang baik dan saling menghormati. Nice sharing, Mbak. Tulisannya membuka pandangan baru :)
BalasHapusJadi kangen saat saya juga jadi tutor dari rumah ke rumah ni Mbak saat mahasiswi dulu. Hujan, panas pun hayuk aja karena semangat ketemu dengan anak-anak.
BalasHapusPernah merasakan mendatangi ataupun didatangi oleh anak-anak. Hmmm jadi flashback deh...
Sharingnya inspiratif sekali, Kak. Terus semangat dalam mendidik dan membimbing jiwa-jiwa kecil itu ya.
BalasHapusAwal menjadi guru les saya juga datang ke rumah murid dan saya juga mendapatkan pengalaman yang sama. Anak tidak dikondisikan belajar, seenaknya sendiri, belum lagi gangguan dari anggota keluarga lain yang membuat anak nggak bisa fokus belajar. Namun kemudian saya putuskan membuka les di rumah. Saya tidak lagi mau datang ke rumah murid. Muridlah yang datang ke rumah saya. Hasilnya ternyata sangat berbeda. Semua lebih terkendali dan lebih fokus.
BalasHapusmasyaAllaah ga pernah kepikiran begini sih mbaa, iya yaa baiknya mendatangi ilmu itu atau panggil guru ngaji? Tapi selama ini anakku kuajarin ngaji sendiri, bismillaah
BalasHapusAku setuju mengaji ke TPQ saja anak jadi lebih paham, bersosial juga dna mencintai masjid juga. Les lain juga sama sih kecuali urgent mendekati ujian baru tuh private
BalasHapusbelajar lebih suka mendatangi ke tempatnya dong kalau saya mbak, lebih terasa effordnya ya kan, kalau di rumah kadang-kadang suasananya saja sudah bosan hehehe
BalasHapusMemuliakan guru adalah keharusan. Dan ilmu memang harus dicari dengan kesungguhan. Tapi agak dilema terkait guru datang ke rumah atau murid yang mendatangi guru. Karena kadang kondisinya bisa berbeda-beda. Mungkin ada juga orang tua yang merasa dimudahkan dengan guru yang datang ke rumah karena suatu alasan tertentu. Tapi yang terpenting anak tetap harus hormat dan menghargai gurunya.
BalasHapusWah ini jadi pemahaman baru nih buat aku dalam hal memberikan pelajaran tambahan buat anak. Ternyata kalau memanggil guru ke rumah itu memiliki efek yang kurang baik yaa. Kalau anakku belajar ngaji datang ke rumah gurunya mbak privat gitu soalnya pas mau daftar tpa malah ditolak karena kepenuhan. He
BalasHapusada plus minusnya juga sih, saya pernah mengalami keduanya, nasib guru les yang datang ke rumah maupun ke lembaga
BalasHapussebetulnya pengaruh juga dari faktor pendidikan keluarga, tetapi biasanya anak cenderung merasa di zona nyaman jika belajar di rumah, effortnya juga kurang dibandingkan yang datang ke lembaga
Saya memilih mengantarkan anak mengaji ke TPQ Mba. Nggak panggil guru Les ke rumah. Biar anak bisa berinteraksi ama murid lainnya. Belajar bareng-bareng rasanya lebih menyenangkan. Mau Les private atau datang ke tempat ngaji or Les itu pilihan sih Mba. Ada plus minusnya. Kan nggak semua sama prioritasnya.
BalasHapusMakasih mba sharingnya, jadi referensi untukku juga. Soalnya sebentar lagi anakku masuk usia sekolah.
BalasHapusKedua anakku pergi mengaji di masjid, mbak. Ya tentu saja masih sambil bermain gitu ya ketika mereka kecil. Trus setelah masuk jenjang SMP, dua-duanya masuk pondok.
BalasHapusPilihan mau mengundang guru ataupun pergi mengaji sendiri, keduanya memiliki kelebihan. Tergantung kondisi anak dan sudut pandang orangtuanya saja.
Kalau aku sih suka belajar langsung di tempat les.
BalasHapusTapi anakku malah maunya les online
Hehe maklum generasi alpha
Dapat perspektif baru tentang les belajar anak. juju aku ngak pernah privat di rumah, selalu aku yg datang ke tempat les, disana aku ngerasa lebih bisa bersosialisasi, belajar pun nggak tertekan krn banyak temennya
BalasHapus