“Jauh lebih gampang memaafkan seorang musuh daripada memaafkan keluarga” begitulah kutipan pendek itu berbicara. Membahas dunia persaudaraan tak akan ada kelarnya, saudara yang dimaksud disini adalah misal saudara dari ayah atau saudara dari Ibu.
Senang gitu melihat antar saudara akur, rukun, harmonis tidak ada rasa iri dengki, yah lebih dari itu kita tidak pernah tau isi hati seseorang bukan. Ada saudara saling support ketika mendapat kebahagian atau tertimpa musibah.
Sebenarnya apa sih makna saudara sebenarnya, menurut KBBI saudara adalah orang yang masih memiliki hubungan darah baik itu kakak ataupun adik. Karena hubungan darah itulah kita tidak dianjurkan bahkan dilarang bertengkar, jikalau terjadi pertengkaran sesegera mungkin meminta maaf.
Namun kenyataan yang terjadi, karena ekonomi sebutlah uang, hubungan persaudaraan bisa lepas begitu saja. Kepotong obor orang jawa menyebutnya. Sedih rasanya anak cucu nanti tidak tahu siapa saja yang memiliki hubungan dengan. Bisa jadi anak cucu kita satu sekolah, satu universitas mereka saling kenal sebagai teman bukan sebagai saudara.
Melalui tulisan ini aku ingin berbagi cerita kepada kalian semua, kehidupanku di tahun 2021. Ayahku membuat kesalahan sangat besar hingga tidak layak untuk dimaafkan, di sisi lain saudara dari Ayah sudah mengetahui hal itu justru tidak memberitahukan hal tersebut kepada Ibuku. Justru menyetujui tindakan tidak sewajarnya itu, memang benar Allah tidak pernah tidur menyaksikan hambanya yang kesusahan.
Ketika semua orang di rumah belum tahu apa yang terjadi sebenarnya, justu Allah memberiku petunjuk kebenaran untuk membongkar semua itu. Pelan-pelan masalah itu aku usut sendiri, lambat laun akhirnya aku beberkan ke adik dan Ibuku.
Dari situ semua kebongkar blak-blakan, dalang dibalik masalah itu ada campur tangan orang yang mendukung. Iya, saudara dari Ayah ternyata. Karena ada campur tangan mereka itu aku dan adikku tidak pernah mau datang ke rumah saudara ayahku.
Dengan begitu terputus sudah tali silaturahim, sudah dua kali lebaran aku tidak mengunjungi mereka, apalagi semenjak nenek meninggal aku tidak pernah lagi menginjakkan kaki di tanah kelahiran Ayahku. Sakit hati rasanya, saudara bermuka dua, tidak senang melihat salah satu saudara hidup berkecukupan, justru mengingikan hal buruk terjadi.
***
Satu lagi kejadian menyakitkan minggu lalu, setelah menikah kami diamanahi menghuni rumah orangtu suami. Dengan segala kondisi cukup menyedihkan, bocor dimana-mana, kusen dimakan rayap, pintu hampir ambruk, tidak ada sakelar listrik. Keluargaku minta izin untuk membenahi sedikit demi sedikit, agar rumah yang aku tempati layak disebut sebagai rumah.
Semua bahan, biaya, tenaga dari Ayahku tidak ada bantuan dari mertua sama sekali. Hal itu tidak jadi masalah, karena Ayahku mengerti betul kondisi keuangan pernikahan kami yang belum satu tahun. Serba irit, bisa gajian dua kali sebulan udah alhamdulillah.
Selama ini aku selalu pasang muka tersenyum, tidak boleh sedih di depan keluarga suami. Semarah apapun, sesakit apapun omongan dari Ibu dan kakak perempuannnya tidak pernah ambil pusing. Tapi untuk hal kemarin benar-benar masuk ke dalam hati, rasanya sakit menusuk-menusuk.
Ketika salah satu anak sudah menikah otomatis anak bakal memprioritaskan keluarganya kecuali dilihat dari sudut pandang pembuat masalahnya, siapapun yang berani campur tangan bakal kena libas. Nah mbak dari suami ikut campur beres-beres di rumah yang sudah diamanhkan ke suami dan aku. Segala hal cacian dilontarkan seenak jidat, berasa omongan dirinya paling benar.
Aku, Ayah, dan tukang menyaksikan itu tidak menggubris sama sekali, kejadian selanjutnya adalah Ibu mertua marah-marah sambil menendang bongkahan kayu yang dikerjakan tukang. Aku mengerti Ibu mertua bisa semarah itu pasti ada yang menyulut api, dan itu perbuatan mbak.
Sudah nggak aku teruskan kronologinya sakit hati mengingatnya. Seketika itu Ayah bilang besok nggak tak bantu lagi, dibantu uang sekalian tenaga nggak ada terimakasih sama sekali.
Dari sini aku mengambil kesimpulan ada sifat iri dengki bersemayam di hatinya. Melihat rumah adik laki-laki yang sekarang aku tinggali juga tidak terlihat kumuh seperti tujuh tahun lalu. Melihat kondisi rumah tidak kosong mplompong, sudah ada dipan, meja dari kayu yang dibuatkan tukang ayah, dinding sudah sebagian di cat baru.
Aku tidak menyangka mbak dari suami bisa memiliki sifat sejahat ini. Sampai tidak habis pikir mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Aku sebagai adik ipar tidak pernah mau tahu, ikut capur kondisi mbak ipar, karena pembagian rumah dari Ibu mertua sudah jelas. Suami menempati rumah disini, mbaknya menempati rumah disana.
Orang kalau sudah punya sifat iri apapun yang kita beli, kita miliki selalu bikin hatinya bergetar “Kok nggak aku aja”. Itulah kenapa aku jarang mengunjungi rumah Ibu mertua, ada mbaknya tinggal disitu juga. Suka sekali berbicara seolah-olah paling benar, ingin ini itulah tapi tidak melihat keadaan diri sendiri.
Semenjak itu aku dan suami buat perjanjian jika sudah berumah tangga siapapun tidak boleh ada yang ikut campur, terlebih lagi masing-masing keluarga tidak boleh masuk mengecek kondisi rumah yang kita tempati dengan alasan apapun. Karena itu adalah sumbernya, suka melihat-melihat isi rumah, mengamati perubahan apa yang terjadi dalam seminggu terakhir.
Ibuku pernah berpesan jangan pernah mau ambil barang dari rumah mertua dan mbak ipar, karena suatu saat nanti bakal dipermasalahkan, lidah dan hati orang gampang berubah jika sudah punya rasa iri.
Apa kabar hatiku yang sakit ini? Masih sama sampai hari ini dan kayaknya membekas nggak bakal hilang. Aku tidak pernah mencampuri urusan orang lain kenapa rumah tanggaku diusik? Untuk sementara ini aku tidak mau menemui mereka apalagi mbak ipar, situ yang bikin salah kok aku yang minta maaf orang gila kali.
Ibu berpesan wes biarkan saja semua bakal ada balasannya, gusti Allah mboten sare.
Rasa rasanya kehilangan saudara untuk kedua kalinya, baru saja bertemu saudara baru eh sudah dirusak olehnya. Yang disesalkan sikap iri kepadaku karena dibantu orangtuaku sendiri, kalau rumah dia baru dibenahi ya minta keluarganya sendiri.
Ini ujian baru permulaan, istilahnya 5 nomor dari atas kalau mengerjakaan soal ujian. Kedepannya bakal ada aja yang digangguin, sabar jadi jalan ninja selain sabar ada yang pengen nambahin nggak? Komen dibawah ya :)
Posting Komentar
Posting Komentar