Belakangan ini viral di tiktok beredar video orang muslim pindah jadi non muslim, diiringi sound "tuhan yesus tidak pernah berubah". Seolah-olah sound ini sengaja dibikin lucu-lucuan olek kreator mulanya. Semakin sering lagu tersbut digunakan banyak orang dan tidak ada protes kalian perlu berhati-hati.
Namun dirasa trend membagikan kisah seseorang dari dia terlahir beragam Islam sejak kecil, ketika dewasa merasa mampu mencari apa itu kebenaran dalam hidup. Sampai dia menemukan katanya ketenangan di agama barunya. Astaghfirullahaladzim sebagai umat muslim saya ikutan sedih menyaksikan saudara sesama muslim harus melepas syahadat dan menjadi musyrik.
Terlebih tiktok mewadahi untuk hal ini, entah ini sengaja atau tidak memamerkan kepada orang-orang atau justru kampanye mengajak pindah agama. Naudzubillahimindzalik.
Lucunya lagi warganet Indonesia berkomentar "hargai privasi seseorang, toleransi itu penting", seolah mendukung gerakan seorang muslim pindah keyakinan dengan dalih toleransi antar beragama.
Memperlihatkan foto-foto before after muslim sampai proses pembabtisan, sertifikat sah beragama nasrani. Diiringi backsound kayak diatas tadi.
Potret video seperti ini jadi alibi membenarkan bahwa keluar dari Islam adalah jalan kebenaran sekaligus kebebasan, hal ini tentunya menghina agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Islam hadir di muka bumi sebagai penyempurna agama sebelumnya, maka dipastikan agama sebelum Islam tidak dijalankan setelah hadirnya ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Islam adalah agama diridhoi Allah SWT, tercantum dalam alquran surat Al Imron ayat 19
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَاب
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
Agama yang diakui adalah agama Islam, mengesakan Allah. Semua agama dan syariat yang dibawa nabi-nabi terdahulu intinya satu, ialah "Islam", yaitu berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa, menjunjung tinggi perintah-perintah-Nya dan berendah diri kepada-Nya, walaupun syariat-syariat itu berbeda di dalam beberapa kewajiban ibadah dan lain-lain.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Al Imron, 3:102)
Bagaiamana sudah jelas bukan? Bahkan saat meninggal pun kita (manusia) diharuskan dalam keadaan memeluk agama islam bukan agama nasrani, budha, hindu, konghucu atau lainnya. Dalam hadis yang diriwayatkan muslim seseorang meninggal dalam keadaan musyrik maka nerakalah baginya.
Lalu, apakah media berperan serta menghancurkan Islam?
Yass sangat bisa terjadi, Islam adalah agama yang tata caranya sudah diatur sedemikian rupa dalam kitab suci Alquran. Secara tidak sadar umat muslim terutama kawula mudanya dicuci otaknya dengan hal-hal yang tidak mereka sadari. Misalnya sebut saja K-Pop, eits pecinta K-Pop jangan sensi ya. Membeli, mengkoleksi foto-foto, menjadikan pajangan di kamar layaknya berhala, yang seharusnya dipajang di dinding adalah kalimat-kalimat Allah.
Tontonan drama zaman sekarang tidak memberikan sensor adegan dewasa, berciuman, memegang sesuatu yang bukan miliknya adalah hal lumrah. Terutama drama korea fansnya makin membludak tidak karuan, dan lebih halusnya lagi rumah produksi film di indonesia lagi gencarnya-gencanya meniru alur, gaya, cerita layaknya drama korea.
Belum cukup dari segi hiburan umat muslim dibuat modern katanya lewat fashion muslim. Terutama kaum perempuan, makin marak kalian melihat fenomena tutorial hijab artinya lepas pasang hija di muka umum bedanya dilakukan di dunia maya. Berbagai macam model kerudung, gaya berhijab yang sebenarnya jauh dari fungsi berhijab.
Memakai jilbab tapi diselempangkan ke belakang, akhirnya dadanya kelihatan. Beberapa waktu lalu hits baju model kaus kutang dipakai diluar, padahal kaus kutang harusnya dipakai didalam. Banyak anak muda terpengaruh, akhirnya termakan hasutan harus modis dalam berpakaian hingga lupa alasan memakai pakaian harus tertutup.
Joged-joget di depan layar smartphone tujuannya ikutan trend sekaligus badannya lentur biar nggak kaku. Sekalipun memakai kerudung, itu tidak diperkenanankan untuk seorang muslim.
Laki-laki nasrani menikahi perempuan muslim, dengan dalih si laki-laki mau masuk Islam ketika sudah sah perempuannya ditarik masuk jadi nasrani. Pernyataan ini dilontarkan langsung orang kristologi. Terbukti sudah berapa artis terkena virus pindah keyakinanan setelah menikah.
Itu adalah sebagian kecil misi orang yang ingin menghancurkan Islam, mereka (non muslim) mengerti betul bahwa Islam apabila bersatu maka dunia bisa dalam genggaman dalam sekejap. Maka dari itu mereka tidak ingin Islam ada di muka bumi apalagi sampai bersatu, caranya mereka menghancurkan generasi muda umat muslim. Dibuatkan aplikasi sebanyak mungkin agar jauh dari alquran, disuguhkan tontonan dewasa sebelum umurnya untuk merusak otak-otak generasi muda.
Bioskop, mal lebih ramai dibanding masjid. Anak muda pakai gamis dibilang kayak ibu-ibu, anak muda nggak nonton drakor dibilang nggak up to date. Cafe-cafe, warkop gemerlapan semalam suntuk, shubuh di masjid kesusahan bangun, scrolling tik tok sampai dini hari giliran baca quran belum satu halaman udah ngantuk.
Bagaimana kalian orang muslim sudah sadar sedang dirusak secara perlahan-lahan? Yuk lebih bijak menggunakan media sosial, bila ada yang coba-coba merusak akidah umat muslim kita balas mereka dengan konten dakwah.
Perang pemikiran atau kalo dalam kajian sering disebut ghazwul fikr ini memang sudah sejak lama terjadi.
BalasHapusUntuk anak-anak dan keluarga terdekat perlu diberikan pemahaman tentang 'salimul aqidah' agar ia tidak serta Merta ikut-ikutan trend yang tanllpa Sadar membuat imannya lepas dari genggaman
Membuat dan menyimak konten bermanfaat agar kita mendapat maslahat. Bisa diterapkan untuk diri sendiri dan mulai dari circle terdekat, misalnya keluarga kita. Kalau ternyata enggak membawa kebaikan ya, jauhi..
BalasHapusMakasih remindernya, Kak
Ada bermacam pikiran yang beredar di media sosial. Memang perlu hati-hati menyikapi hal-hal yang berbeda dari kita. Sebenarnya kalau sesuatu itu sensitif, riskan sekali menjadi netizen yang berkomentar di postingan tersebut kalau tidak hati-hati.
BalasHapusBelakangan ada trend shalat pake kipas angin. Aduh gak tau itu sekedar lucu-lucuan atau kah memang menghina. Memang sebagai muslimah sebaiknya anak kita dididik untuk memiliki rasa malu mempertontonkan dirinya. Harus menanamkan bahwa izzah sebagai wanita harus dijaga.
BalasHapusSebagai muslim saya pun sependapat. Susah banget ngajar anak jaman sekarang ini. Sedih nya orang tua mereka malah tidak peduli. Kami di rumah kan ada pondok mengaji, mulai jam 18.00 sd. 20.00 wib. Selain baca Qur'an, ada juga fiqih dll. Bayangkan, anak usia kelas lima, ia gak tahu nabi terakhir siapa? Sementara di TikTok nya ia hafal banget semua pemain KPop.
BalasHapusSedih pake banget buat saya mah
Memang ya mba ada beragam macam orang di media sosial, semua memiliki pandangannya masing-masing. Kita sulit mengubah mereka juga sebaliknya, semoga kita masing-masing diberi kebijaksanaan memilah dan memilih nilai mana yang kita perlu dengarkan hehe..
BalasHapusMeski di TikTok juga ada yang memamerkan kisah dia menemukan Islam, tahun lalu masih Natal dan tahun ini sudah berhijab, namun menurut saya kisah murtadin dan muallaf tak usahlah dijadikan konten medsos.Karena dapat jadi pemicu sakit hati pemeluk agama yang ditinggalkan. Btw, terima kasih sudah speak up masalah ini ya Mbak.
BalasHapusSaya juga setuju dengan mba Mia.
HapusTak usahlah murtadin dan muallaf dijadikan konten medsos. Bisa menimbulkan permusuhan antar agama.
Kan sudah dikoarkan kalo agama itu privasi.
Kalo di post ke medsos namanya bukan privasi, wong diliat sama sebagian besar rakyat Indonesia dari berbagai latar belakang agama.
Saling komen sindir-sindiran...
Berantemmmmmm
Mana toleransinya..
Sekarang kita harus bisa memfilter sendiri ya mbak, bagaimana isi media sosial yang bermanfaat untuk diri sendiri. Kalau tidak sesuai lebih baik ditinggalkan.
BalasHapus