Alhamdulillah puasa tahun ini kita bisa diberi kelonggaran penuh dalam beribadah dibanding 2 tahun lalu. Kalau mengingat kondisi umat muslim dua tahun menjalani ibadah puasa Ramadan penuh penyekatan, rasanya umat umat muslim seakan di kekang habis-habisan. Yah bagaimana lagi semua sudah direncanakan Yang Maha Kuasa, kita sebagai penghuni semesta hanya bisa mematuhi dan survive di tengah goncangan.
Kilas balik puasa saat pandemi versi aku adalah sebenarnya di keluargku pandemi atau tidak, pengaruhnya tidak signifikan. Bisa dibilang pekerjaan kedua orangtuaku ya inshaallah berkaitan faktor perut jadi tidak memungkinkan terkena imbas besar-besaran. Alhamdulillah kerjaanku sendiri tidak merumahkan diriku.
yang jelas sekali perbedaannya hanya suasana Ramadan di jalanan dan masjid. Kangen betul salat jamaah barisan rapat menandakan umat islam bersatu siap menghadap Allah. Rindu suasa berebut bersalaman selesai jamaah tarawih.
Alhamdulillah di desaku hadirnya pandemi tidak seberapa mengekang dilakukannya salat tarawih. Berbeda jika mendengar masjid lain yang dilarang mengadakan salat tarawih.
Saat itu pemerintah melarang ngabuburit. Bagaimana desaku? Itu tidak berlaku wkwk penjual dadakan pinggir jalan tetap menjajakan jualannya, orang-orang tetap keluar cari jajanan takjil. Mereka rasanya bosan sudah satu tahun dilarang keluar karena pandemi sars Covid. Tak afdhol bila momen ramadan tidak ikut berjubel di jalanan cari takjil.
Ada salat Idul Fitri di desa tempat tinggal kalian? Oh ya jelas mengadakan salat Id selama pandemi. Apa tidak berjarak? Oh jelas tidak sekali, paling hanya berjarak 5 cm doang sebagai syarat mengikuti aturan pandemi. Untungnya tidak dibubarkan oleh pihak berwajib hihi.
Aku bersyukur di desaku tidak seberapa patuh aturan tentang pandemi, asal keluar tetap prokes memakai masker. Bukan berarti di tempatku meremehkan pandemi ini, lebih tepatnya kami sudah lelah menghadapi berbagai tekanan karena pandemi. Terlebih momen Ramadan hanya datang sekali setahun, rasanya tidak ingin melewatkan berbagai rutinitas ibadah yang terjadi di bulan Ramadan, walau hadirnya pandemi tidak memutus semangat umat muslim menunaikan ibadah di bulan suci ramadan.
Tahun lalu alumni kami mengadakan bakti sosial tepatnya setahun setelah kami di wisuda dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Acara bakti sosial ini di inisiasi agar tetap terjalin kedekatan kita bersama, terlebih jaman kuliah kita saling bercengkrama, adu argumen depan dosen, rebutan pinjam referensi buku di perpustakaan, adu circel tiap kelompok, berjuang mati-mating struggle skripsi masing-masing.
Uniknya selalu kejadian di manapun, anak yang punya ide baik seperti ini selalu ditunjuk ketua panitia sekaligus haha jahat kali buka. “kan awaku seng nduwe ide yo awakmu seng mimpin” aku menyasikan Floren digitukan ketawa ngakak-ngakak, kasihan tuh anak punya niat baik malah di jlungupno.
Setahun setelah kami dinyatakan lulus, beberapa dari teman-teman kembali ke kampung halaman masing-masing untuk memperjuangkan jati dirinya. Kegiatan baksos ini dilaksanakan di Sidoarjo tepatnya di kampus kami. Teman-teman yang tidak bisa bantu pembungkusan sembako, bisa transfer ke rekening ketua panitia, aku dan Floren membelanjakan uang tersebut.
Heroik sekali baksos tahun kemarin, dua orang belanja sembako dari beras, minyak, mi ber dus-dus, dll kita bedua yang nge-handle tanpa bantuan laki-laki.
Saat pembagian sembako alhamdulillah beberapa teman laki-laki bisa dimintai bantuan kedatangannya, sekaligus buka bersama sebagai ajang reuni. Kebetulan aku tidak bisa ikut aksi membagikan sembako bakti sosial, jadi hanya bisa bantu di perbungkusan doang.
Biar agenda ini memiliki nuansa melekat dan bersejarah, maka di tahun ini teman-teman alumni PAI mengadakan kembali bakti sosial spesial ramadan. Kali ini baksos di handle anak berbeda, karena si floren udah pindah luar kota.
Inshaallah acara bakti sosial terselenggara 2 minggu sebelum hari raya idul fitri, bagi siapapun yang ingin menitipkan sedikit rezekinya melalui bakti sosial monggo dipersilakan bergabung.
Dahsyatnya bersedekah di bulan ramadan melebihi dahsyatnya bersedeka di bulan-bulan lainnya. Makanya tidak heran di bulan ramadan orang-orang berebut sedekah takjil, berbagi makanan buka puasa di masjid, berbagi parcel sembako.
من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا
“Orang yang memberikan hidangan berbuka
puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang
tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)
Banyak sahabat menyaksikan kedermawanan dan kemurahan hati Rasulullah pada bulan ramadan dibanding bulan lainnya. Rasulullah memperbanyak sedekah di bulan ramadan sebagaimana riwayat hadist Bukhori dan Muslim
كَانَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ
أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ
Artinya, “Rasulullah SAW adalah orang paling dermawan
di antara manusia lainnya, dan ia semakin dermawan saat berada di bulan
Ramadhan,” (HR Bukhari dan Muslim).
Apa yang sudah terjadi ya sudah lah tinggal sekarang jalani, syukuri, ikhtiari agar langkan yang kita ambil selalu di ridhoi Allah. Kelak momen puasa saat pandemi menjadi cerita seru tersendiri untuk anak cucu kita nanti.
Posting Komentar
Posting Komentar