Bismillahirrohmanirrohim
Saya ingin menginformasikan kepada kalian berkat banjir pagi ini Selasa (16/02/2021), saya jadi izin gak masuk kerja hehe. Tadinya mau izin datang telat, eh Ibu menyarankan untuk gak usah berangkat kerja.
Curah hujan Senin malam intesitasnya deras sekali ditambah sehari sebelumnya sudah hujan semalaman alias nerecek hujannya (orang jawa menyebutnya). Sungai di desaku sudah peres alias pas di bibir. Nah ditambah hujan kemarin semakin menambah debit air, akhirnya air sungai muntah dan masuk ke rumah-rumah warga.
Aku tidak ingat apakah di tahun sebelumnya pernah sampai segininya. Jalan raya depan rumah sudah tergenang air kira-kira sebetis orang dewasa.
Hari Selasa aku pergi ke pasar untuk belanja makanan menggunakan sepeda onthel tidak sepeda motor. Sudah dipastikan banyak jalanan tergenang air lumayan tinggi, kalau tiba-tiba mogok di tengah-tengan banjir siapa mau nolongin hayoo?.
Pasar Kemiri jaraknya sekitar 1 meter dari rumah. Tujuanku membeli ayam potong, masuk area pasar lewat pintu samping, stan pasar pada tutup dan stan ayam potong ikutan tutup karena tepat di depan lapaknya tergenang air.
Aku mengayuh sepeda ontel menuju pasar selanjutnya. Jalan menuju pasar Bluru Kidul ada beberapa tergenang banjir lumayan tinggi. Maklumlah air sungai pada meluap sampai ke jalanan.
Alhamdulillah pasar Bluru Kidul aman sentosa, tidak banjir, tidak ada genangan air sama sekali. Bergegas mencari penjual ayam potong.
Bapak yang jual ayam potong baik banget loh, aku diberi potongan harga lumayan lah.
Karena Bapaknya nanya “Sampean rumahnya mana?”. Ya aku jawab “Kemiri”. Bapaknya kaget, jauh sekali belaja di sini, ya memang di Kemiri nggak ada yang jual ayam potong. Terus aku juga bilang kesini mancal sepeda ontel. Eh si Bapak kasihan melihat perjuangan saya beli ayam, yang aslinya ayam setengah kilo 17 ribu di diskon seribu jadi 16 ribu. Alhamdulillah rejeki walau sedikit hehe.
Kembali ke rumah mancal lagi, terobos banjir di jalanan, saling selip dengan pengendara motor.
Karena banjir banyak penjual nasi matang misalnya nasi pecel pinggir jalan tutup. Berasa kayak suasana lebaran, mau mencari nasi bungkus saja susahnya minta ampun. Sekalinya ada yang jualan pasti dikerumuni banyak orang.
Ibu nitip belikan nasi bungkus di tempat biasa, teryata orangnya nggak jualan cari deh yang lain eh juga nggak jualan juga. Solusi terakhir beli nasi bungkus di tempat jualan jajanan basah, harganya murah sih tapi tidak sesuai ekspektasi. Masih lebih kenyang dan lezat nasih pecel rumahan pinggir jalan.
Pulang ke rumah disambut air banjir pelan-pelan jalan masuk ke ruang tamu, segera bergabung dengan banjir di dapur yang lebih dulu tergenang air.
Ternyata jalannya air banjir nggak pake nyapa aja, main nylonong, kan bikin panik. Ibu, adik bergegas menaikkan barang-barang yang masih berada di bawah, memberi penyangga di beberapa lemari yang tidak bisa terkena air.
Kalau banjir sudah mulai masuk rumah, apa kabar tinggi air di depan rumah? Tingginya sepaha orang dewasa njir. Bayangin aja kalau ada anak balita, bisa puas dia main air.
Halaman depan rumah sudah seperti kolam ikan lele tinggal diceburi lelenya aja. Karena itulah sore harinya juga izin tidak masuk TPQ. Lumayan ada rehat sedikit, ada untungnya juga banjir ini, kan syukur-syukur ada libur gratisan bukan karena sakit.
Masih hari Selasa ya, malam turun hujan lagi cukup deras. Oh jelas dong, menambah semangat kami untuk angkat-angkat barang ke atas lagi haha.
Air sudah memasuki semua sudut ruangan rumah, bahkan biasanya kalau banjir masuk rumah tidak sampai semua ruangan kemasukan air masih ada beberapa tidak kemasukan air. Banjir kali ini fix nggak kaleng-kaleng.
Malam harinya aku mengungsi di rumah depan yang belum selesai di renovasi, tapi syukurnya sudah ada listrik dan air. Rumah depan tidak kemasukan karena postur bangunannya lebih tinggi.
Tidur beralaskan kardus dengan bantal dan selimut tanpa guling, untungnya ada kipas angin tidur malam ini bisa nyenyak. Eh Ayah ikutan tidur rumah depan juga, disuruh ibu jagain air banjir.
Jadi dua orang, Ibu dan Adik tidur dalam rumah, Aku dan Ayah tidur di rumah depan, benar-benar keluarga super memang. Semuanya saling menjaga selama banjir ini.
Tak lupa alarm ku nyalakan, bisa bablas besok pagi berangkat kerja. Juga nggak mungkin izin kerja lagi, bisa kena semprot. Mana banjir cuma di sekitar tempat tinggalku, di tempat kerja yang beda kecamatan masih aman malah nggak ada banjir sama sekali.
Hari Rabu banjir masih belum surut juga. Menurut PJ Bupati Sidoarjo banjir yang terjadi karena curah hujan tinggi dan ada pompa air yang rusak karena faktor tua dan tidak terawat aja.
Kalau menurutku banjir kali ini faktornya 1) sungai-sungai di sekitar hulu atau hilir tidak di gali sebelum datang musin penghujan alhasil pas curah hujan tinggi cepat sekali penuh, 2) banyak sawah-sawah beralih fungsi jadi perumahan perkotaan, namanya aja desa tapi jumlah sawah bisa dihitung, 3) saluran air alis got (kita menyebutnya) dipersempit bahkan dibikin tertutup itu yang membuat air hujan susah mengalir, 4) faktor manusia suka lalai bahkan sengaja menjadikan sungai tempat sampah gratis, memilih hemat membuang ke sungai daripada membuang ke petugas sampah dengan imbalan membayar tiap bulan, 5) emang rumahnya pendek, kena curah hujan deras sedikit udah kemasukan air, ya maklum bangunan rumah dulu pertimbangan kurang matang. Eh masih bersyukur punya tempat tinggal.
Kamis dini hari banjir sudah surut. Pemandangan indah melihat air banjir kembali ke laut. Air banjir surut derastis dari tadi semalam tidak ada perubahan berkurang dini hari aku bangun tidur menatap jendela luar rumah air sudah berkurang senangnya.
Kok bisa derastis surutn air banjirnya? Karena air di pompa, pompa yang rusak sudah dibenarkan, jadinya cepat surut banjirnya.
Saatnya bersih-bersih today, kerja bakti membershkan kerak-kerak, lumpur di dalam rumah. Melelahkan rasanya, tapi lebih melelahkan Adikku. Dia yang membersihkan semua ruangan rumah dari aku berangkat kerja sampai aku pulang sore dari TPQ belum juga selesai. Dari membersihkan air dan pasir banjir, mengepel, sampai mengembalikan barang ke tempat asal dia sendiri. Wow semoga semua keinginan adiku tercapai ya teman-teman mohon doanya.
Banjir merendam rumahku kurang lebih 3 hari sudah cukup meresahkan pikiran. Itu banjir masih se dengkul orang dewasa, melihat berita di TV hari ini (20/02/2021) banjir di Jakarta sampai se dada orang dewasa aku sangat bersyukut tidak separah itu.
Allah masih memberikan ujian orang-orang di Sidoarjo lebih mudah dibanding saudara-saudara di Jakarta.
Aku merasakan betul terkena banjir memang sangat membutuhkan makanan cepat saji dan air bersih untuk melanjutkan hidup. Tapi selama banjir kemaren tidak ada bantuan yang datang, aku dan keluargaku berusaha sendiri bertahan hidup.
Posting Komentar
Posting Komentar