Selamat hari guru nasional untuk semua guru di seluruh Indonesia, baik guru ASN ataupun honorer. Keberhasilan murid tidak terlepas dari peran guru di sekolah, betul? Ya bagaimana tidak peran guru di sekolah tidak hanya mentransfer ilmu saja juga mentransfer nilai.
Dalam memori ingatanku masih melekat perilaku guru- guruku dari SD sampai SMA. ya aku generasi 90 an, jelas merasakan pahit dan kerasnya di bully guru sendiri. Nggak cukup dicubit, bahkan pernah dikatain "anak lento". Dan itu yang mengatakan adalah guru matematika, karena aku nggak bisa menyelesaikan soal yang diberikan.
Saat itu masih kelas 3 seingatku, aku bilang ke Ibu kalau aku dikatai seperti itu. Ibuku berkata "nggak boleh, guru ngomong seperti itu". Kalimat itu membekas di hati sampai di umur yang sekarang. Aku jadi sadar, pahit dan pedasnya mulut guru kepada murid jika emosi menyerang.
Apakah guru hanya di sekolah? Awalnya mengira iya, semakin melesatnya zaman guru tidak hanya di sekolah, bahkan penjual jajan keliling, tukang sampah, penjahit pun adalah guru.
Kok bisa?
Karena dari mereka kita belajar yang namanya bertahan hidup, berusaha sekuat tenaga, mencari penghidupan halal. Ilmu dari penjual jajan itu memang tidak tertulis tapi terlihat dari kelakuan. Guru tidaklah harus berkostum rapi, wangi di sekolah, dari tukang parkir pun kita belajar mereka punya menjaga sepenuh hati merek dari berbagai mobil walau itu bukan miliknya.
Siapakah guru panutan itu?
Sosok guru yang tidak hanya mengajar tapi mengayomi, bertutur kata lemah lembut, tidak gampang emosian. Hmm tidak gampang emosian? Yakin? Nggak semua sih haha. Jelas sulit posisi guru itu, mendidik banyak anak orang lain, kadang anak didiknya tidak terurus.
Bagiku cerminan guru panutan itu sederhana yakni mengayomi, tidak pilih kasih, dan apa adanya. Aku sendiri baru menemukan sosok panutan saat kuliah. Iya, dosen waliku sendiri, tutur katanya menyejukkan, tidak gampang emosi, selalu ada solusi di segala tindakan.
Selama kurang lebih 12 tahun belajar ditambah di bangku kuliah aku mengamati sosok guru menurut pandanganku. Tidak dari segi mengajar, bertutur kata, cara memberikan respon ataupun saat guru itu berada diluar sekolah atau dalam masyarakat. Berikut pengelompokan sederhana ini:
Guru professional. Sosok ini digambarkan taat peraturan, baik itu administrasi atau tata kerja yang semestinya. Biasanya cenderung prefeksionis di segala bidang, tak jarang ingin selalu terdepan. Baginya pekerjaan adalah bagian ruh jiwanya, separuh aja menghilang seutuhnya akan terasa sakit semuanya.
Tapi bagus sih model guru seperti ini langka dan patut dipertahankan. Memang kelihatan agak sedikit egoistis, tapi semua itu yang dilakukan semata kepentingan lembaga yang menaunginya.
Guru berkarya. Tugas guru adalah mendidik dengan ilmu dan memberikan contoh dengan akhlak. Tapi apa kalian pernah melihat guru selain dia mengajar tapi juga aktif berkarya, misalnya di hari sabtu dan minggu ia menghabiskan waktu dengan membuat kreasi buket, travel blogger, konten creator. Nah sosok guru seperti itu yang sekarang banyak dicari, lembaga pendidikan yang sedang open recruitment pasti mencamtukan kriteria misnya punya skill selain mengajar misalnya desain, banjari, teknik, penulis. Dan yang punya skill tambahan justru punya banyak peluang diterima.
Nah nggak ada alasan guru tugasnya hanya mendidik, berkembangnya zama menuntut sosok goro berevolusi skill masing-masing. Ada banyak cara menumbuhkan skill dalam diri salah satunya dengan mencoba sendiri, aktif mengikuti webinar dari pakarnya, gabung di beberapa komunitas.
Guru jualan. Pandai memanfaatkan peluang dimanapun dana kapanpun bahasa estetisnya, bahasa kasarnya cari penghasilan tambahan haha. Selain kesibukan mendidik, mengurus administrasi pembelajaran, menghandel event sekolah, berjualan lewat media sosial adalah keuntungan
Berbekal story di whatsapp, antara guru dan walimurid sudah saling menyimpan nomor masing-masing, dipastikan ada beberapa yang tertarik ingin membeli. Mudah bukan?.
Guru berkepribadian. Bukan bermaksud menjelek-jelekkan sosok guru, sepengalaman aku sebagai penjual kalau ada sosok guru aku punya ekspektasi besar terhadap sikapnya. Baik, lemah lembut dan tidak sombong, tapi hal itu musnah, aku sering menjumpai sosok guru saat di luar sekolah merasa menyamakan diri seperti kondisi di sekolah yang dilayani, di hormati, disegani.
Pernah ada pembeli bensin seorang guru kebetulah kehabisan uang, ada pembeli lain kenal kalau guru itu mengajar di sekolah aku. Kebetulan aku lagi sekolah, yang menjuali Ibu. Ibuku percaya dong, guru mana mungkin berkelit, digugu dan ditiru.
Apa yang terjadi? Dia tidak membayar bensin tadi. Apa mau di kata, wes biarin toh juga ngajar di sekolah aku. Suatu hari kemudian ada lagi kejadian mau beli bensin tapi nggak uang, dan itu adalah salah satu guru di sekolah itu, Ibuku langsung tidak mau menolong karena dulu sudah pernah dibohongi. Guru itu kembali ke toko dengan membawa beberapa guru yang ciri-cirinya disebutkan ibu. Karena tidak seberapa paham wajahnya ibu tidak mengenali, ketika dihadirkan tak satupun ada yang mengaku.
Bukan maksud dipukul rata kepribadian guru kenye saat diuar sekolah. Apalagi guru berpangkat PNS apalagi. Entah ya! Tapi kok mesti begitu?
Seperti yang ku katakan tadi tidak semuanya. Ada guru itu ketika di sekolah seolah seperti guru dalam tanda kutip (ngeselin kalau sama muridnya) ketika di luar sekolah masyaallah sopannya minta ampun, sangat mencerminkan kepribadian sebagai manusia bermartabat.
Heran ya kenapa bisa tahu? Karena rumahku sendiri hanya berjarak 1 km dari sekolah dan ibuku punya warung, biasanya guru-guru kadang beli disana. Sedangkan aku bukan anak yang suka menyapa apalagi anak fames di sekolahan, jadi saat guru sekolah ku beli aku bisa diam-diam mengamatinya tanpa mereka mengenaliku.
Profesi guru di sekolah memang tidak menjanjikan, tapi kalau masalah martabat insyallah akan selalu dipertanyakan. Maka dari itu jika ada sosok guru lagi di masyarakat bisa dipastikan sosonya dianggap waw. Untuk guru-guru yang pernah mengajariku
Terimakasih sudah mengenal huruf abjad, membaca, belajar menghitung, menyelesaikan persoalan di buku paket
Terimakasih pernah sudah memberi cubitan sakit di lengan tangaku hingga kemerahan
Terimakasih sudah sering memarahi, membentak jika aku tidak mendengarkan pelajaran yang disampaikan
Terimakasih dulu sudah menyindir karena aku nggak lolos tes masuk MTsN Sidoarjo.
Terimakasih dulu pernah menyebutku anak lento karena tidak bisa mengerjakan soal matematika
Terimakasih untuk dosen kuliah lupa namanya, yang nyindir kalah duduk dibelakang masa depannya nggak jelas
Semua itu jadi pecutan diriku menjadi lebih baik, wahai guru-guru di sekolah omongan adalah doa. Stop memberi judge jelek pada anak didik kalian, karena anak-anak didik mu yang saat ini ngga bisa perkalian ketika besar belum tentu pengangguran.
Alhamdulillah selalu dikelilingi oleh guru yang baik. Tapi pernah mendapat cerita langsung dari kakak kalo dulu pernah ada guru yang mau disuap agar anak tsb mendapat ranking.
BalasHapusAkibat dari perbuatan tersebut, kakakku yang selalu juara 1 menjadi stress dan akhirnya tidak ingin juara 1 lagi karena pernah dikhianati oleh seorang guru.
Aaaah sedihnya kalo ingat itu
Sosok guru memang akan menjadi sorotan ketika attitude-nya berbanding terbalik dengan kemuliaan "nama profesinya". Dan yang begini bisa bisa menjadi nila setitik yang merusak susu sebelangan. ALhamdulillah masih ada juga guru yang sadar banget dengan profesi yang disandangnya dan menjaga baik-baik amanah itu.
BalasHapusGuru sekarang ini harus lebih menginspirasi dan dapat beradapatasi dengan kondisi apapun. Pandemi yang terjadi membuat guru semakin kreatif dan profesional. Semoga guru-guru semakin canggih lagi dapat menyesuaikan dengan kondisi zaman
BalasHapusAku masih ingat nama-nama guru SD ku. Kalo bertemu beliau-beliau, aku gak akan merasa canggung. Mungkin saking berkesannya ya masa-masa sekolahku dulu.
BalasHapusGuru profesi mulia. Mama mertuaku juga guru. Mengayomi banget, bahkan setelah beliau pensiun.
Aku juga gak punya guru favorit mba...
BalasHapusMemang aku gak pernah dikasari sampai membuatku trauma.
Aku hanya melihat dari mata anak kecilku waktu itu, bahwa attitude guru-guruku tak sesuai ekspektasiku karena dia seorang guru.
Dan aku juga bukan tipe anak yang suka cari muka di depan guru.
Dan aku gak punya guru favorit, mulai dari guru TKku sampai dosen-dosen S1 ku....
perasaanku ke mereka flat aja
Banyak padahal ya yg penghasilan anak lento, anak yg masa depannya katanya tidak jelas sekarang justru melebihi si guru itu sendiri. Hehehe
BalasHapusBagaimanapun pedasnya omongan guru, kita tetap menghormatinya ya
Ternyata ada berbagai macam guru ya... Kalau aku sih nggak pernah merhatikan kayak gitu. Yang penting sih belajar sama guru. Tapi ternyata kepribadian guru tu unik-unik ya, nggak sama semua
BalasHapusKebanyakan memang mengharapkan guru itu lemah lembut ya serta tidak mudah emosian. Tetapi coba saja orang-orang yang tidak terjun langsung di kelas merasakan mengajar sehari,yakinkah mereka bisa begitu sabar saat ada hal-hal yang dilakukan anak atau tidak bisa menertibkan mereka di kelas. Guru-guru selalu berusaha melakukan yang terbaik,saya sendiri pun sebagai pendidik sesemangat mungkin tetap mengajarkan yang terbaik untuk anak-anak. Semangat semua guru-guru yukkk.
BalasHapussemoga semua guru kita makin diberkahi dan selalu disehatkan ya kak, dan guru-guru di negara kita maupun di dunia mendapatkan kelayakan hidup atas jasa-jasanya membangun generasi bangsa
BalasHapusBener bangett kak, aku jg ngga respek sama guru yang bilangin muridnya jelek2. karena kan itu doa yah :(( sedih masih ada guru yang seperti ituu tapi banyak jg guru2 yang baik dan selalu mendoakan kebaikan untuk murid2nya
BalasHapusAku selalu seneng banget kalo udah masuk bulan November mba. Aku termasuk masuk TK sangat cepat, 3 tahun dan ngikutin belajar di TK juga 3 tahun juga. Dan badan imut ini bikin salah satu guru TK jadiin aku anak angkatnya.
BalasHapusPraktis, kalo udah hari guru, selama 3 tahun di TK aku juga kebagian hadiah karena hari lahirnya sehari setelah hari guru Nasional
selama sekolah, guru-guru yang paling mengesankan itu pas di seklah dasar :) entah kenapa rasanya masih hapal muka dan nama dan juga caranyabeliau mengajar tuh membekas banget hehe..
BalasHapusmau saat di sekolah dasar, sekolah menengah, karakteristik guru ini memang itu-itu saja dan beragam. ada yang baik, ada yang ngeselin, ada yang di sekolah killer tapi di luar baik seperti yang disebutkan, ada juga yang kdg baiiiiiik sekali. tak ayal nggak sekali dua kali mengalami pengalaman menyakitkan dr kata2 guru dan itu membekas, namun di sisi lain ada yg support juga.
BalasHapus