Hari ini (3/09) topik pembicaraan di radio suara surabaya lumayan panas, soalnya lagi bahas masalah seragam sekolah. Ada laporan kalau sekolah negri di Surabaya mengharuskan siswanya membeli baju seragam. Nah hal ini yang memberatkan para walimurid terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) jalur afirmasi atau mitra warga.
Melihat kondisi pandemi tak usai, apalagi Pertemuan Tatap Muka (PTM) baru saja dimulai dunia sekolah sudah tercoreng. Pungutan seragam hampir mencapai nominal 1.000.000, jelas memberatkan ekonomi walimurid.
Yah kalau saya sebagai sultan, nggak masalah beli seragam berapapun harganya, sayangnya saya orang biasa tidak ada jabatan kalau disuruh beli seragam sekolah seharga segitu serasa mencekik leher semua anggota keluarga.
Iya, sekolah memang amal usaha, tenaga pendidik adalah profesi yang harus dibayar. Mereka menjawab, karena subsidi dari pemerintah belum turun makanya mengharuskan siswanya membeli seragam di koperasi sekolah.
Kalian pernah terfikir nggak sih kenapa harus pakai seragam? Biasanya seragam digunakan untuk instansi atau identitas organisasi. Jadi saat melakukan aktivitas lapangan, masyarakat akan mudah mengenali dan secara tidak langsung mempromosikan organisasi atau tempat perusahaan bernaung.
Oh itu alasannya, berarti kalau ke sekolah harus pakai seragam bisa gampang dikenali gitu ya. "Oh itu siswa dari SMP Negeri 1 Sidoarjo segaram batiknya warna hijau".
Seharusnya seragam tidak menjadi alasan anak untuk bisa sekolah. Toh pada hakikat ya sekolah itu wadah belajar bukan bangunan instansi yang harus menghasilkan duit. Lalu apa bedanya antara sekolah dengan pabrik?
Sempat keingat omongan salah satu guru les satu lembaga pas kuliah. Beliau memang sudah sepuh, "Saya itu heran, sekolah kok harus pakai seragam, pakai baju bebas nggak boleh, saya lebih setuju kayak di sekolah alam, anak-anaknya dibebaskan memakai busana asalkan sopan".
Kalimat itu akhirnya terngiang kembali karena viralnya kasus pungutan uang seragam ini.
Dengan ramainya kasus itu, walikota Surabaya Erik Cahyadi sudah pernah meminta hal itu tidak boleh terjadi, tapi hal itu tidak digubris lah apa kabar kita ya g rakyat pribumi ini?.
Ternyata susah menyeragamkan pemikiran ya. Hehehe.
BalasHapusMasyaAllah mantappp.. Semoga berkah ilmunya kak..🙏🌹
BalasHapusSeragaman seru, sih. Tapi kalau ditentuin harus belinya di mana dengan harga yang sudah ditetapkan.... hihihi. 😪😪
BalasHapusbelum juga harus bayar lain-lain ya..
BalasHapusMemang dilema juga ya Kak?
BalasHapusSaya lebih suka memakai baju bebas tetapi tetap sopan, tapi sejak sekolah saya pakai seragam 😂
BalasHapusMantap. Suka sama statement nya
BalasHapus