Sebagai orang yang kebetulan diberi kesempatan menyalurkan sedikit ilmunya kepada orang lain, rasanya tidak etis memperlakukan dia (anak didik) semena-mena kalau dia tidak menuruti apa-apa perinta kita. Kadang rasa jengkel, gregetan muncul tatkala memberi tahu tidak digubris, memberitahu tapi tidak bisa-bisa.
Bagaimana rasanya mengajar di sekolah? Ah rasanya nano-nano tentunya, bagi kalian profesinya tenaga pendidik tidak mudah rasanya menyikapi anak yang kategori pintar dan istimewa tanda kutip. Lalu bagaimana jadinya jika mengajar les dari rumah ke rumah atau disebut privat, wah tentunya tidak kalah tantangan dong.
Beragam masalah akan datang menghampiri, seperti yang sekarang ini aku hadapi, setelah sekian lama tidak mengajar privat ke rumah-rumah akhirnya kesempatan ini kuambil juga. Alhamdulillah saya diamanahi mengajar ngaji, ya walau suara saya tidak seindah dan semerdu anak-anak yang ikutan hafidz Indonesia, yah harus cukup percaya diri demi kelangsungan generasi muslim bangsa Indonesia.
Ini salah satu anak dari satu kelompok mengaji itu, dia perempuan, kelas 9 SMP. Keinginan dia mengaji awalnya karena dorongan kakak perempuan pertamanya. Yah maklum aja, zaman sekarang anak sudah SMP kalau disuruh mengaji di rumah mana tahan, jelas di tolak mentah-mentah. Rasa gengsi anak remaja lah yang mendominasi.
Aku kurang paham betul kenapa sampai umur beranjak dewasa dia belum bisa baca alquran, sayang banget kan. Yah walaupun gimanapun tidak ada kata terlambat untuk belajar agama. Alhamdulillah nya dia bersedia mengaji jika gurunya didatangkan.
Dia mengaji lagi dari nol, alias jilid 1. Untuk kategori seperti dia memang sudah agak alot gitu lidahnya. Tapi itu tidak menutup semangat ia mengaji. Sudah masuk bulan kedua, dia sudah naik jilid 2 di halaman 15 an. Waww amazing bukan, privat mengaji tidak se intensif mengaji di TPQ atau sekolah, les mengaji ini dua kali dalam seminggu.
Diantara saudara-saudaranya hanya dia yang cepat naik jilidnya. Ternyata selama saya tidak datang ke rumah, dia tetap membaca buku jilidnya. Alhamdulillah ikutan lega saya.
Belajar mengaji di zaman sekarang kalau sudah dewasa berasa momok menakutkan, padahal kalau kamu, kita, kalian paham nanti amalan yang akan dibawa mati adalah salah satunya bisa membaca dan memahami alquran.
Kakak dia yang kedua juga menambahkan, dia sedih kalau sampai dewasa dia nggak bisa baca alquran. Tapi kakaknya sendiri nggak sanggup mengajari adeknya hihi.
Semangat Kakak. Maaf kalau boleh ikutan kasih ralat, setelah titik masih ada yang pakai huruf kecil ya? Terus untuk kata di datangkan setahu saya penulisannya dirangkai Kak, tidak dipisah
BalasHapusTerimakasih atas sarannya kak🙏
HapusSemangat Kak, pelajari lagi tanda baca dan huruf kapital kak
BalasHapusSaya paham rasanya jadi guru gimana nano nanonya. Haha
BalasHapusSemangat ya kak 😊
Semangat mengajarnya, ya. InshaAllah jadi amal jariyah. ❤❤
BalasHapusKadang ngajarin anak sendiri aja udah nano nano mbaaa.... Masyaa Allah, keinginan untuk belajarnya tetap ada ya mba
BalasHapusWuaaa memang belajar membaca Al Qur'an itu sebaiknya tidak pandang usia ya, asal mau belajar in sya Allah dimampukan :)
BalasHapus