source by pexel |
Aku telahir dalam
keluarga yang sangat tidak aku impikan. Tapi mimpiku tak sependek batang hidung
tetangga yang selalu meremehkan keluargaku. Bagaimana aku bisa dianggap rendah?
Padahal Aku masih punya sosok Ayah yang mampu membiayaiku bersekolah dan
membeli jajan. Sedari kecil kehidupanku tidak seperti anak seumuran pada
umumnya. Disaat anak seumuranku sepulang sekolah bisa bermain, bersepeda,
berbeda denganku yang harus berlari terburu-terburu menemui Ayah untuk
meringankan pekerjaan Ayah. Profesi ayah adalah membantu manusia yang kesusahan
jika di perjalanan.
Sampai di posisi
menjadi mahasiswa, ku tidak melupakan kewajiban untuk membantu pekerjaan Ayah.
Disaat teman-temanku lebih memilih nongkrong (hangout) di cafe-cafe, nge
trip aku memilih untuk berkeringat, kepanasan, terkena polusi bersama Ayah. Aku
harus hemat uang, tidak boleh kebanyakan jajan.
“Lebih baik
uangnya ditabung kan nak.., daripada jajan di cafe-cafe mahal seperti temanmu
itu”. Kata Ayah yang selalu menolak kalau aku akan ijin bersama teman-teman.
Pekerjaan Ayah memang tak sebaik seperti Ayah-ayah
yang lain. Tidak memakai pakaian yang di setrika dengan licin, cukup memakai
kaos yang kering setelah dicuci.
Walaupun kehidupanku tidak semulus seperti teman-temanku, Ayah
selalu mengingatkan kami untuk berprinsip hidup sederhana, tidak berhutang dan
yang paling penting tepat waktu dalam bayar zakat mal ataupun zakat fitrah. Karena
baginya hidup tidak akan berarti segalanya jika tidak sesuai dengan rukun
islam, begitulah petuahnya.
**
Alhamdulillah dengan izin
Allah aku bisa lulus dari universitas yang sudah dibiayai oleh Ayah. Dan berkat
doa dari kedua orang tua aku diterima kerja di sekolah sebagai guru.
Ayah pernah berpesan, ingin sekali anaknya menjadi orang terhormat
salah-satunya menjadi guru, walau sebenarnya bukan keinginanku tapi aku rela
menyetujui untuk mengambil jurusan pendidikan saat kuliah. Ayah ingin kamu
memiliki profesi lebih layak dibanding Ayah saat ini. Dan sekarang sudah sah
menjadi seorang guru.
Seperti orang tua pada umumnya akan selalu memberikan yang terbaik bagi
anak-anaknya, begitu juga Ayah. Demi memenuhi kebutuhan anaknya, Ayah rela
memakai handphone jadul untuk komunikasi sehari-hari sedangkan Ayah
membelikanku handphone canggih atau dikenal smartphone untuk menunjang pekerjaanku.
HP yang dipakai ayah memang sudah tidak layak pakai, sudah usang
karena layar handphone sebagian sudah retak, warna handphone berubah hitam.
“Yani!, temani Ayah jual HP”. Panggil Ayah.
Handphone Ayah udah jelek banget, kadang di layarnya muncul garis
putus-putus, kalau dijual laku berapa kira-kira? Ingin ku bilang nggak usah
dijual di toko lah yah, kasih aja ke tukang rombeng.
“Mau jual kemana?”.
Ayah memintaku untuk mengantarkannya ke salah salah satu di Mall
Surabaya. Baiklah kuantar Ayah kesana. Sesampainya disana kami berdua
berkeliling mencari toko yang pas untuk menjual HP jelek itu.
“Mas, kira-kira HP kayak gini laku berapa ya”. Tukas Ayah. “Kalau
ini paling 50 ribu Pak”. Tanpa
meneruskan pembicaraan bapak lanjut mencari toko lain.
“Pak, mau jual HP? Boleh lihat Handphone nya?”.
“Boleh Cik” Ayah menyerahkan HP jelek plus item tersebut. Ayah
memanggilnya Cik karena sudah kelihatan beliau berdarah Tioghoa.
“Laku berapa ya Cik?”.
“Saya kasih harga Rp. 200.000 mau Pak?”.
“Mau Cik...”.
Setelah Ayah dapat uangnya, kok Aku malah bingung ya. Hp jelek
kayak gitu kok bisa dihargai Rp. 200.000 padahal kalau dipikir-pikir bisa rugi
Tacik yang membeli HP Ayah
tadi.
Oh sekarang ku mengerti. Ayah pernah cerita mendapatkan pembeli
yang motornya di tuntun karena tidak ada yang mau menambal ban nya karena
uangnya tidak cukup. Ini balasan Allah kepada Bapak yang pernah menolong
pengendara motor ojek online yang ban bocor tapi cuma bawa uang 7000. Padahal
harga tambal ban dihargai bapak Rp. 15.000.
Ternyata skenario Allah itu keren ya. tidak disangka-sangka Allah
membuat rantai cerita yang membuat hambanya tergeleng-geleng tidak percaya.
Seperti yang sudah tercantum dalam Al Quran Surat Al Zalzalah faman ya’mal
mitsoola dzarrotin khoiroyyaroh waman ya’mal mitsqoola dzarrotin syarroy yaroh yang
artinya “Barangsiapa berbuat kebaikan sebesar zaroh pun, niscaya dia akan
melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan seberat zaroh
pun, niscaya ia akan melihat (balasan) nya pula”. Melakukan kebaikan berbagi
secara sukarela dan hati ikhlas bukan hanya pahala semata yang didapat, tapi
kebaikan antar sosial kita juga akan terima.
Cerita diatas adalah kisah nyata yang dialami oleh seorang guru
perempuan sekarang mengajar di salah satu SD Islam swasta di Sidoarjo. Bisa
mendengar langsung ceritanya, karena saya pernah berbagi tugas bersama alias
menjadi patner di sekolah tersebut.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog menebar kebaikan yang
diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
#MenebarKebaikan
#LombaBlogMenebarKebaikan
The power of berbuat baik memang menajubkan ya kak. Pasti ada jalan kl kita lg kesusahan.. Semoga melalui tulisan ini banyak orang yg tersadar indahnya berbagi kebaikan :)
BalasHapusya Tuhan aku makin ke bawah aku makin meleleh akhirnya rembes mataku ka, baca cerita ini, Tuhan itu memang maha baik ya dengan segala rencananya yang tidak terduga
BalasHapusKebaikan apapun walaupun sebesar biji zara pun akan dibalas juga. MasyaAllah, ini cerita pas banget buat reminder saya di kala hati ini sudah mulai malas untuk berbagi kebaikan. Semoga kita terus diberi kemudahan dalam berbagi ya, mba. Aamiin.
BalasHapusKebaikan sekecil apapun pasti ada balasannya, asalkan yang kita lakukan dipenuhi dengan keikhlasan. Seperti ini Allah tampakkan biar hambaNya senantiasa bersyukur. Semoga kita diberi keistiqomahan untuk selalu menebar kebaikan. Terima kasih kisahnya,mbak. Sangat inspiratif.
BalasHapusBerbuat baik itu memang nggak pernah rugi ya, Mbak. Rencana dan skrenario dari Allah jauh lebih baik buat kita, bahkan tanpa disangka-sangka. Sekecil apa pun kebaikan itu, akan sangat luar biasa di sisi Allah..
BalasHapusMengharukan ceritanya, Ayah yg selalu sabar, akhirnya sekenario Alllah pasti manis tu baru balasan di dunia, semoga di Akhirat nanti balasanya lebih baik lagi, Amin :)
BalasHapusWah menginspirasi sekali Mbak, betul ya, kalau kita berbuat baik maka akan berbuah manis, masyaAllah. jadi inget almarhum bapak saya, sosok bapak memang luar biasa ya, saya juga banyak belajar banget dari bapak.
BalasHapusbenar banget mba. balasan berbuat baik itu selalu datang dari arah tak disangka. semoga Allah selalu melembutkan hati buat terus berbuat baik.
BalasHapusIni menginspirasi untuk senang berbaik ya, Mbak, sungguh tak ada tuginya, adanya hanya untung dan untung.
BalasHapusTersentuh bacanya... Memang sudah janji Allah, setiap kebaikan akan berbalas 10x kebaikan. Dan ya, Allah tidak pernah salah menitipkan kita dalam keluarga atau orang tua yang bagaimana pun. Karena selalu ada hikmah atas ketentuannya itu. Btw, folback blogku ya....
BalasHapusSaya nggak tau caranya follback blog itu gimana mbak ya
HapusAhhhh cerita ini bikin melting mbaaaa. Jadi keinget Bapak almarhum di masa hidupnya, yang selalu mengajarkan saya dan kakak-kakak saya, untuk berjuang dengan sungguh-sungguh ketika menginginkan sesuatu
BalasHapusCerita yang menginspirasi Mba. Jadi terus diingatkan untuk senantiasa berbuat baik.
BalasHapusOh, pekerjaan ayah beliau adalah tukang tambal ban ya Mbak. Baru ngeh setelah baca tulisannya sampai akhir kemudian melihat gambarnya di atas. Semoga segala kebaikan akan menyebar ke segala penjuru di dunia, ya.. aamiin
BalasHapusSelalu suka membaca kisah inspiratif tentang sebuah kebaikan yang kembali pada dirinya sendiri. Memang Allah Maha Baik❤️
BalasHapusTerkadang hal kecil yang tidak kita sangka itu luar biasa efek dominonya. Yang penting melepaskan diri dari pandangan manusia ya mbak
BalasHapusMasyaallah, kebaikan memang akan mendapatkan balasannya. Salut banget sama sang ayah yang rela melakukan pekerjaan apa pun untuk menafkahi keluarganya. Masyaallah
BalasHapusSelalu terharu kalau baca kisah tentang sosok ayah.
BalasHapusSemoga selalu diberi kesehatan dan kekuatan buat para ayah di mana pun berada.
Ada dosa yg tidak dapat dihapus dgn ibadah apa pun, kecuali dgn keringat saat mencari nafkah. Wallahua'lam
Mbak, aku terenyuh sendiri baca ini. Jadi keinget sama ayah di rumah. Ya Allah, dalam setiap kesempitan yang beliau alami, masih sempat ya untuk berbuat baik.
BalasHapusSaya percaya kebaikan apa pun yang kita lakuka akan kembali pada kita, bahkan jauh lebih indah
BalasHapusCerita Ayah tadi sangat menginspirasi
Menyentuh sekali ceritany. Semoga Ayah selalu sehat dan selalu mendapat kebaikan yang telah dia bagikan.
BalasHapusWah... ini namanya memetik apa yg sudah ditanam ya mbak. Semoga terus bisa menebar kebaikan amin....
BalasHapusMasya Allah, seperti ibuku banget. Selalu berusaha untuk berbagi meski dalam keadaan sempit sekalipun. Karena kita enggak tahu dari arah mana kebaikan itu akan terbalas.
BalasHapusaku jadi inget kakek aku, mudah banget membantu orang lain, dan mungkin itulah yg membuat beliau mudah ketika menjelang ajal
BalasHapusLuar biasa kisahnya,,,
BalasHapusAku selalu salut dengan orang yang selalu giat dalam hidupnya, bukan cuma senang-senang aja...
Oh, ya, semoga menang lomba...