Bumi ini memiliki jutaan kelompok
dengan segenap manusia yang amat pula bervariasi. Baik itu terpisah benua,
negara, kota, desa dan pisahan yang paling kecil antar keluarga. Dengan tepisahnya
manusia dalam bagian-bagian kecil tentu melahirkan hal-hal yang bersimpangan
pendapat. Bukan suatu kebetulan memang manusia diciptakan dalam keadaan berbeda
pemikiran untuk kesatuan tujuan yang diinginkan baik itu kesatuan agama,
pekerjaan, impian, atau kepentingan lainnya. Lalu hidup dan berjalan
berdampingan dengan pemikiran yang beragam bisa memicu kontradiksi bahkan
kontroversi yang tidak jarang bersinggungan dengan nilai dan norma kehidupan.
Sikap dan tingkah laku yang timbul manusiawi dalam diri individu bisa menjadi
pemicu sederhana untuk mengembangkan bara api diantara manusia. Lalu apa kalian
sendiri pernah, secara tidak sengaja melakukan ucapan atau tingkah yang tidak
menghargai orang lain? berikut kriterianya:
Kemahalan segitu, kemaren aku
beli nggak sampek segitu. Sakit nggak sih dikatain begitu, kalian ingin
membeli barang yang kalian inginkan jelas dengan harga terjangkau. Eh tau-tau teman
kalian menanggapi sepele barang yang kita beli. Secara tidak sengaja dalam
omongan tersebut mengandung kata “kamu bodoh banget beli barang kemahalan
gitu” bisa jadi justru kata yang
dimaksud menjadi kesindir itu. Dan bisa jadi maksud dari teman yang bilang
kemahalan itu maksudnya ingin memberitahu, tapi ya siapa tau hati dan maksud
orang itu berbeda. Jadi tidak bisa dibuat sama semuanya. Mungkin diantara
kalian semua pasti pernah secara tidak sadar. Mulai sekarang coba ketika
berbicara, bertatap muka dipikir terlebih dulu agar lawan bicara kita tidak
tersinggung. Karena hati itu lokasinya didalam susah ditebak kapan mengembang
dan kapan mengempis wkwkwk.
Nyontek. Nah ini nih
masalah klise yang ada di negeri kita tercinta Indonesia Raya. Pelajaran di
sekolah yang mementingkan nilai daripada proses #ups. Bagaimana tidak bila
rapot anaknya ada nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) terlampau
jauh atau nilai ulangan sekolah dibawah 50 orang tua bisa habis-habisan
memaki-maki anaknya. Padahal tolak ukur kecerdasan seseorang tidak bisa dinilai dari dia pintar
Matematika, Fisika, Kimia. Pada akhirnya anak-anak akan mencari jalan aman
untuk mendapatkan nilai bagus saat ulangan atau saat mendapat tugas. Kalo tidak
ngerpek alias buka buku ya nyontek.
Mencontek pekerjaan teman adalah
salah satu hal tidak menghargai usaha temannya. ketika teman kamu sudah
mengerjakan tugas semalan bahkan rela jam tidurnya berkurang, ketika di sekolah
atau di kampus teman kamu bilang. “Lihat tugas kamu dong” tidak mungkin Cuma
melihat jelas ditambahi tindakan menyalin cepat tugas kamu. Hmm gimana menurut
kalian? Perjuangan kalian semalaman begadang dengan gampangnya menyalin tugas
sama persis. Kamu dapat nilai bagus teman kamu juga dapat nilai bagus. Teman
kamu peduli? Nggak kan!!, kamu mengerjakan susah payah meluangkan waktu? nggak
bakal. Kembali lagi hasil menjadi tujuan, sekalipun guru juga tidak akan tahu
proses dari tugas kita kan.
Bagi yang belum sadar mulailah
introspeksi diri kalian. Hargailah sebuah proses, belajar manajemen diri
sendiri agar mendapat hasil yang sesuai dengan kapasitas diri kalian. Masalah
mencontek terasa ringan ditelinga tapi jika menjadi kebiasaan sampai dewasa itu
sangat berbahaya sekali. Lebih baik mendapat nilai jelek usaha sendiri daripada
nilai bagus bukan usaha sendiri. Saat kalian mendapat nilai jelek karena usaha
sendiri berbanggalah kalian bahwa memang segitu kemampuan kalian, dan jangan
iri dengan apa yang orang lain dapatkan.
Berpikirlah secara sportif untuk berusaha semaksimal mungkin agar mendapat
hasil yang maksimal.
Lalu, buat para orangtua mulailah
berhenti membanding-bandingkan kemampuan anak kalian dengan anak orang lain.
kalian tidak tahu seberapa menjurus sekali ucapan itu saat menusuk tajam di
pikirannya. Mungkin ada beberapa yang bisa mengerti orang tuanya tapi bagi
mereka yang tidak mengerti wassallam sudah.
Menjatuhkan barang orang lain,
dan berpura-pura tidak tahu. Hayo siapa yang pernah? Kalo penulis sendiri
pernah bersikap pura-pura tuli gitu. Eh tapi jangan ditiru ya, tidak baik
merugikan orang lain. adegan seperti ini bisa terjadi dimanapun bisa di
terminal, sekolah, kampus, dan toko apalagi. That real story. Ku juga mulai
mengerti bersikap seperti itu sangat tidak mematuhi nilai yang dimiliki dalam
masyarakat. ketika pembeli memilih-milih barang jualan dan tiba-tiba ada barang
jatuh yang penyebabnya tersenggol tidak sengaja oleh salah satu bagian
tubuhnya. Lalu bagaimana kejadian selanjutnya? Ada yang mau mengambil barang
yang jatuh karena ketidaksengajaan bagian anggota tubuhnya. Dan ada juga yang
bersikap pura-pura tidak tahu agar tidak mengambil barang yang jatuh tersebut.
analisanya jika orang tersebut mau mengambil barang yang jatuh tersebut beliau
memang sosok berhati besar, sangat menghargai kepunyaan orang lain, beliau juga
punya empati bilamana barang dia dijatuhkan pasti akan sakit hati jika
dibiarkan.
Analisa jika orang itu bersikap
pura-pura tidak tahu, kurang lebih sosok itu memang memiliki kepribadian kurang
peduli terhadap sekitar. Barang berukuran kecil jatuh aja dibiarkan apalagi
barang bernilai besar justu dieremehkan. Kadang mereka yang menjatuhkan barang
tidak sengaja dan tidak mengambil hipotesanya tergesa-gesa. Kalian semua paham
dong tergesa-gesa adalah musuhnya setan. Nah sangat tidak dianjurkan dalam
aktivitas kita tergesa-gesa apalagi waktu membeli kebutuhan di toko dan tidak
sengaja menjatuhkan barang pemilik toko tersebut. Berusahalah mengambil dan
meletakkan kembali ketempat semula dan langsung meminta maaf. Tentu dengan kita
respek dengan barang orang lain, yakinlah suatu saat nanti kalian akan dibantu
orang dikala membutuhkan.
Agaknya sepele jika diperhatikan, tapi ya
begitu nylekit timbulnya. Bisa-bisa nama kalian akan di watermark di
fikiran kalian sebagai pembeli kurang ajar. Kadang tidak semua hal yang kita
lakukan benar dihadapan orang lain oleh karena itu jangan lupa selalu mengucap
maaf dan terimakasih pada kejadian baru yang pernah kita temui.
Nyelip kendaraan di jalanan.
Berkendara di jalan raya adalah aktivitas yang tidak bisa dihindari manusia
untuk saat ini. Terutama berkendara menggunakan sepeda motor, kendaraan yang
notabene ibarat kancil, melaju gesit jika bertemu kemacetan. Berkendara
menggunakan sepeda motor adalah salah satu alternatif saat atmosfer
tergesa-gesa menghampiri. Sampai-sampai etika berkendara di jalan raya tidak
lagi diperhatikan. Jika atmosfer tergesa-gesa menghampiri jangan harap melaju
40 km/jam bisa-bisa spidometer melaju 100km/jam. Sudah melampaui batas
kecepatan dalam kota. Jika ketahuan pak Pol sudah jelas kena strap sekaligus
ikut sidang tilang minggu depan.
Berkendara di jalan raya adalah
nyawa taruhannya. Salah senggol sedikit rumah sakit jalan pulangnya, itupun
jika masih bernyawa. Nah kalo langsung meninggal di tempat kalian mau apa. Ngeri
kan!! Udah tahu jalan raya itu jalan umum bukan lintasan balapan yang bisa
melaju 60 km/jam keatas. Yah kadang manusia memang tempatnya khilaf. Secara
nggak sadar misalnya berangkat kerja masuk jam 8, baru berangkat jam 8 kurang
15 mana bisa sampai tepat jam 8 di tempat. Alhasil sepanjang perjalanan selip
kanan selip kiri tidak peduli hampir berapa kali nyerempet motor orang lain. Tau
nggak? Berapa kali kalian nyelip kendaraan tidak sengaja? Berapa kali kalian
tidak menghargai orang lain yang sama-sama pengguna jalan raya.
Ada berapa orang yang pernah
kalian kecewakan selama berkendara dijalan raya? Tidak terhitung jelasnya. Nah
loh, iya kalo orangnya tidak terlalu mempermasalahkan nah kalo orang yang kita
selip kendaraannya justru mengumpat yang jelek-jelek. Tentu kita sendiri yang
salah sudah mengakibatkan orang lain dalam bahaya dan memposisikan orang menjadi
dzalim. Ingat!! Doa orang yang terdzolimi itu jelas dikabulkan. Maka dalam
setiap langkah bertidak hati-hati dan waspada adalah hal nomor satu yang mesti
diingat.
Hidup ditengah masyarakat yang
beragam sudah mengharuskan diri kita berempati pada setiap kejadian yang
disengaja ataupun tidak disengaja. Ada hal yang mudah sekali dimaafkan, tapi
sadarkah ada hal yang tidak sengaja menyakiti justru tidak dimaafkan orang
lain. Begitu mudah jika kalian ingin menyenangkan hati orang lain akan sulit
dilihatnya jika secara tidak sengaja melukai orang lain yang sebenarnya kita
sendiri yang tidak bermaksud. Karena watak hati seseorang tidak bisa terbaca
dari luar.
Hai, Kak.
BalasHapusBener, kak. Saya mungkin sering bertindak kurang baik pada seseorang shningga kayak kurang menghargai keberadaannya. Hehe. Segera di intropeksi kan.
Oh, ya. Kak ini member Blogger Perempuan yah? Klo boleh tau, gimana dapetin logo Blogger Perempuan bisa nempel di blognya Kakak.?
Coba kunjungi website blogger perempuan, disan lengkap penjelasanya kak hihihi
HapusIni nih yang saya khawatirkan juga, kadang ada gap diantara saya atau teman-teman, atau orang lainnya, tapi saya nggak sadar dan kurang menghargainya mereka... semoga kesalahan ku dimaafkan sama mereka...
BalasHapusyang paling sering kualami disalip kendaraan terutama motor, kalau nyerempet mobilku malah lebih galak dia yang akhirnya ku tabrak beneran hehehe
BalasHapusPasti saya pernah khilaf. Karena terkadang persepsi saya berbeda dengan persepsi orang lain. Kalo pas sadar, tentu saja saya langsung minta maaf. Tapi kalo saya pas ga menyadarinya, nah ini..
BalasHapusDuh hal-hal diatas kelihatannya sepele ya Mbak, tapi ketika kita "menyepelekannya" justru menunjukkan bahwa kita nggak punya empati pada oranglain. Saya pun sering banget mengalami hal-hal yg nggak enak akibat sikap oranglain, yah jadi pelajaran aja bahwa ternyata bagaimana kita ingin diperlakukan sebanding dengan bagaimana kita memperrlakukan orang lain
BalasHapusAstaghfirullah, aku pernah mengalami ini.Jadi waktu itu aku memberitahu temanku harga produk yang kubeli di salah satu distributor jualan online, dan dia membandingkan harga barang yang kubeli dengan yang dibelinya. Saat itu aku agak kecew karena ternyata aku beli kemahalan. Sedih dan gimana gitu😞. Dia bilang, "Mahal tau, aku aja beli sekian harganya. Agak sesek juga sih dengernya😂
BalasHapusSepakat mbak... empati pada orang lain harus dibiasakan dari kecil, supaya menjadi tabiat yg melekat
BalasHapusDuh, poin nyelip kendaraan lain di jalan itu aku banget... hahahaha. Membaca artikel ini jadi seperti diingatkan. Terima kasih ya Mba. Sangat bermanfaat.
BalasHapusIya ya ada tindakan kita yang tidak menghargai orang dan tidak kita sadari
BalasHapusHal-hal yang tampak sederhana tapi sering kita abaikan, nih. Yups, menyinggung orang lain itu sama gak enaknya dengan tersinggung, hehe. Makanya memang harus hati-hati. Kalaupun pernah menyinggung orang lain dengan perbuatan seperti di atas, semoga lekas sadar dan minta maaf, ya ;)
BalasHapusada salah satu kelompok di lingkaran pertemanan saya, yang setiap berpisah entah arisan atau kajian, atau sekedar kumpul-kumpul, selalu saling meminta maaf. Khawatir ada sikap atau ucapan yang saling menyakiti. Awalnya saya merasa aneh, tp setelah terbiasa mengikuti kebiasaan tersebut rasanya lebih nyaman. Hati lebih plong ketika berpisah. Dan kebiasaan itu saya terapkan di lingkaran pertemanan yang lain. Tapi kadang masih ada respon aneh. Ditanya, Eh kenapa minta maaf ? Mungkin karena belum terbiasa.
BalasHapusKalau nyelip kendaraan di jalan aku enggak pernah ya rasanya pernah bilang kemahalan.Kalau nyontek zaman sekolah pernah
BalasHapusTerkadang memang ucapan kita bisa disalahartikan oleh lawan bicara. Makanya kalau ke orang yang idak dekat aku selalu jaga ucapan.
BalasHapusSecara tidak sadar tidak mengahrgai orang lain..pasti pernah. Dan sadarnya belakangan Hiks.
BalasHapusMemang kepedulian untuk menghargai, bersimpati dan berempati seringkali tergerus karena emosi dan keegoisan diri. Thanks remindernya:)
Duh ternyata memang secara nggak sadar kita banyak menyakiti orang lain ya mbak, harus benar benar jaga lisan dan perbuatan biar nggak nabung dosa plus bikin orang sakit hati. Apalagi kalau kita sampai body shaming. Kadang suka keceplosan gitu ya mbak
BalasHapusDari kesemuanya aku pernah nyelip kendaraan di jalan raya, terutama kalau depannya ibu-ibu yang galau di tengah-tengah jalan dan gak tau mau ke kanan atau ke kiri
BalasHapusyap saya pernah. yg nomor satu utamanya. ah saya baru nyadar saat baca ini loh. gak sopan yaaa...bikin lawan bicara jd ikutan mikir dan nyesel beli sesuatu
BalasHapusKadang saya suka ceplas ceplos juga ni kalau ngomong sama teman dekat. Padahal tetp aja ya, hati dia tidak terbuat dari baja. Sesekali pasti bisa sensi juga. Duh....
BalasHapus