Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Namaku
alfimanzila biasa dipanggil zila. Orang asli Sidoarjo Jawa timur. Lahir dan
besar di sebuah Desa yang sekarang mulai beralih menjadi kota bernama Desa
Kemiri Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur. Sejak
kecil orang tua selalu mengajarkan hal tentang kesederhanaan dan hidup mandiri karena
tempat tinggal kami jauh dari perkampungan masyarakat, bahkan jauh dari sanak
saudara. Sejak umur 9 tahun ku sudah diajari berjualan. Karena sumber ekonomi
keluarga berasal dari toko sembako yang dibangun didepan rumah. Alhasil
keseharianku selain belajar menempuh pendidikan di sekolah ada kewajiban lain
yakni membantu berjualan di toko.
Tiada
hari tidak menjaga toko. Tag line itu
menjadi hiasan sepanjang hari, minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun. Teman-teman
sudah hafal semua bahwa zila pasti susah diajak keluar untuk bermain. Terkadang
boleh main atau hangout dengan teman-teman kuliah itupun jarang sekali bahkan
bisa dihitung. Karena kembali lagi tanggung jawab nya adalah menjaga toko.
Jika
dibilang ada rasa iri dengan orang lain ya jelas ada? Terutama saat bulan
Romadhon tiba. Banyak sekali keinginan yang orang lain bisa lakukan tapi tidak
bisa ku lakukan. Ada hal spesial yang dinanti saat Romadhon tiba dari mulai
ngabuburit, buka bersama, taraweh, tadarrus alquran. Melihat story di media
sosial, teman-teman bisa ngabuburit dan
buka bersama rasanya pengen gitu seperti mereka yang tampak bahagia dan bisa
kumpul. Bagi keluarga kami Romadhon sebatas kewajiban menjalankan rukun iman ke
3. Kok bisa? Keluarga kami memiliki motto tiada hari tanpa berjualan walau
bukan berarti tidak ada libur. Kerja kerja kerja seperti kata pak presiden
ya Memang tidak ada liburnya. Toko akan tutup jika hari raya Idul Fitri
selama 2 hari atau kalo ada acara mendadak misal saudara ada yang meninggal,
salah satu dari kami sakit. Hari ketiga bulan Syawal atau lebaran toko sudah buka
lagi. Begitu seterusnya berjalan tiap tahun.
Kembali
pada kebisaan di bulan Romadhan, keluarga kami menjalani Romadhan bisa dibilang
sederhana, malam pertama mengikuti taraweh. Itupun tidak pernah sekeluarga
salat taraweh bersama di masjid. “Kalo taraweh semua siapa yang jagain
tokonya?”. Kami sekeluarga ada empat orang, taraweh pun harus digilir misal
Ayah Ibu taraweh, kakak dan adek jaga toko, sebaliknya kakak dan adek teraweh,
Ayah dan Ibu jaga toko. Atau bisa di mix siapa yang bakal taraweh dan siapa yang
harus jaga toko.
Jika
waktunya berbuka puasa ada sistem shift alias bergantian berbukanya, yang jelas
shift itu Ayah dan aku. Kalo Ayah kerja sore otomatis aku buka puasa terakhir
nunggu ada yang menggantikan di toko. Kalo Ayah kerja pagi alhamdulillah bisa
buka puasa duluan, dan Ayah yang jaga toko. Orang yang bisa buka puasa duluan
tentu ibu dan adek. Karena ibu yang masak tentu kita berdua yang mengalah, nah
kalo adek karena dia nggak bisa jaga toko ya dia bisa buka puasa duluan.
Aktivitas
selama Romadhon berjalan normal seperti biasanya tidak ada yang kurang dan
tidak kelebihan. Mungkin perbedaannya jam kuliah jadi lebih pendek karena bulan
puasa dan toko ramai pas menjelang buka puasa. Kalo orang bilang ngabuburit itu
berburu takjil di pasar atau di pinggir lain halnya dengan aku. Ngabuburitnya
sederhana cukup nonton tv, kalo nggak dengerin radio sambil melayani pembeli.
Di
jam-jam sebelum berbuka sekitar jam 13:00 siang sambil jaga toko kadang main
handphone, baca quran, baca e-book, main laptop, nah kalo udah bosen sama
keempat hal itu pelampiasannya adalah nonton TV. Acara paling ku tunggu-tunggu
adalah acara plesiran ke luar negeri yang menjelajahi perkembangan Islam di
luar sana. Semacam halal travelling gitu. Kisah-kisah saudara umat muslim yang
menjalankan ibadah di luar negeri. Sering setelah menyaksikan tayangan kisah
saudara muslim yang berjuang menegakkan agama Allah membuat saya melamun.
Membayangkan kapan waktunya saya bisa pergi ke negara-negara diluar sana untuk
bisa langsung merasakan atmosfer Islam yang sebenarnya pernah menjadi penguasa
dunia Barat justru sekarang menjadi agama minoritas dan bahkah disebut
islamofobia astagfirullahaladzim.
Aku
bermimpi suatu saat nanti akan bisa berkeliling dan mengunjungi negara-negara
Barat untuk mempelajari sejarah Islam yang pernah berjaya di masa lalu.
Terlebih lagi umat Islam disana ternyata begitu kuat imannya dalam menjalani
hidup. Tak jarang sebagian umat muslim di luar sana mendapat celaan, hinaan,
jika mereka menunjukkan identitas sebagai seorang muslim. Umat Islam di setiap
negara pasti memiliki suatu perkumpulan/komunitas muslim untuk mempermudah
silaturrohim mereka dan mensyiarkan ajaran Allah. Seperti hal nya di Ameria
Serikat kita mengenal organisasai IMSA (Indonesian Muslim Society in America).
IMSA adalah organisasi keagamaan, amal, ilmiah, sastra, pendidikan, dan
nirlaba, dan tidak berafiliasi dengan organisasi politik, LSM atau organisasi
nirlaba lainnya. Yang misinya adalah membantu komunitas muslim Indonesia di
Amerika Utara dalam upayanya untuk memajukan kapasitas intelektual dan
spiritualnya untuk kepentingan masyarakat Indonesia pada umumnya baik di
Amerika Utara dan indonesia.
Melihat
kisah saudara muslim yang menjalankan ibadah puasa diluar sana membuat saya
lebih bersyukur lagi. Mereka menjalankan puasa di negara minoritas muslim yang
tentu banyak sekali godaan dari kanan kiri depan belakang. Dibanding kita-kita
ini yang menjalani puasa di negara Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Begitulah
tradisi romadhon di keluarga kami meskipun setiap romadhon harus bekerja keras
supaya pas lebaran bisa pakai baju baru dan makan lontong lodeh super pedas.
Walau lebih sering berkumpul dengan keluarga kecil dan jarang berkumpul dengan
teman-teman tetap bersyukur bisa menjalani dan melewati Romadhon bersama
orang-orang tercinta setiap tahun. semoga tahun depan kita dipertemukan dengan
Romadhon lagi.
Selamat
Hari Raya Idul Fitri 1440 hijriyah
Taqobbalalluhu
minna wamingkum taqobbal yan karim minal aidzin wal faidzin
Wassalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh
Sidoarjo,
10 Juni 2019
Semoga mimpinya diberi yang terbaik dari Allah ya😊
BalasHapus