Sampah
sering identik dengan barang kumuh, kotor, tidak terawat intinya yang
jelek-jelek itu sifatnya milik sampah. Kasihan dia anggota bumi yang tak
dianggap. Tapi tahukah kalian bahwa manusia setiap harinya dipastikan
menghasilkan sampah sekantong kresek besar yang warnanya merah itu. Masih
hitungan individu belum lagi rumah tangga, warung, cafe apalagi perusahaan jelas
bejibun macam sebesar gunung krakatau kalau dikumpulkan. Sampah terbanyak
sampai saat ini masih diduduki bahan yang berbahan plastik. Contoh kecil
misalnya anak sekolah jajan di kantin belinya gorengan nah otomatis perlu
kresek, lembaran kertas minyak, tak lupa plastik sebagai wadah petis, kalau
dimakannya di dalam kelas bukan di kantin langsung. Bahan sekali pakai buang
ini menambah deretan bahwa plastik temasuk kategori penyumbang sampah
terbanyak. Kalau dikalikan bisa habis berapa banyak plastik dan kertas minyak
perharinya. Padahal plastik sendiri ialah bahan yang sulit terurai dan mudah
sekali merusak ekosistem lingkungan. Plastik juga berdampak buruk pada tubuh
manusia, jika sering mengkonsumsi makanan panas menggunakan plastik.
Lalu
kalian masih pura-pura, tidak peduli atau sengaja ogah-ogahan ribet berkampanye
hidup sehat dengan mengurangi sampah plastik. Yuk kembali berjuang sama-sama
hidup sehat dengan minim plastik. Simak
beberapa caranya berikut ini
.
Makan
langsung ditempat. Makan ditempat
jelas lebih nyaman santai bisa melihat pemandangan atau kalau bareng sama teman
bisa santai mengobrol intinya quality time lah. Mulai dihindari makan
dibungkus entah menggunakan plastik, kertas minyak atau packaging makanan
berbahan plastik. jika memang tidak memungkinkan, harus mau ribet dengan bawa wadah
sendiri. Misal ketika bepergian identik dengan nasi kotak untuk konsumsi
di tempat rekreasi. Dimaksudkan biar ndak ribet bawanya “Kan enak langsung
buang, mau wisata kok repot”. Alangkah lebih baiknya jika membawa box makanan
sendiri meskipun kedengarannya ribet, tapi demi mengurangi penggunaan box makanan yang ikut-ikutan
menyumbang sampah, apa salahnya bukan?.
Single
use plastic. Plastik memang
sudah menjamur menjadi kebutuhan manusia yang tak terkecuali misalnya bungkus
teh sachet harga Rp. 1000 itu aja pakai plastik, packaging makanan ringan alias ciki pakai plastik, beli pentol bakar
di pinggir jalan pun pakai plastik, sampai dos box handhphone juga memakai
plastik. Harga plastik memang murah sekali Rp. 3500/pack nya yah gimana mau
pilih yang mahal ada yang lebih murah kok hehehe.
Gubenur
Jakarta Anis Baswedan pun mengatakan bahwa kita tidak bisa melarang penggunaan plastik itu beredar karena kita
juga masih membutuhkannya, harus memikirkan solusi terlebih dahulu sebelum
melakukan pelarangan. Maka demi melakukan kampanye sehat lingkungan langkah
kecil diawali dengan single use plastik yang artinya benda berbahan
plastik tersebut bisa dipakai berkali-kali
tidak sekali pakai buang (seperti bungkus es plastikan yang dijual
seharga Rp. 1500). Misalnya kalian beli es degan di pinggir jalan pengennya
diminum dirumah sambil nonton sinetron
Anak Langit kalian musti bawa tumbler sendiri.
Biasanya
ibu-ibu yang sering belanja di pasar pasti belinya beraneka ragam dari mulai
sayur-sayuran, daging, makanan cepat saji, sampai baju daster itu semua jelas
pembungkusnya plastik kan. Nah kok tahu kak? Karena ibu saya kayak gitu
biasanya. Lalu gimana cara menguranginya? Single use jelas, untuk bahan
makanan lunak seperti daging kalian bisa menggunakan food container, nah
untuk sayuran, pakaian bisa menggunakan tas canvas dengan size jumbo. Atau kita
perlu mengingat tas belanja dari bambu tempo dulu selalu digunakan saat
belanja ke pasar oleh Ibu-ibu. Bisa digunakan sebagai solusi perlahan-lahan
tidak menggantungkan tas kresek pada penjual dengan menyediakan tas sendiri.
“Ih kok ribet banget, udah hidup ini susah malah dibikin susah”.
Memang kelihatan dan kedengarannya ribet. Tapi kalau itu dijalani dengan hati
yang tulus semua akan terasa fine-fine aja contohnya ini
Menolak
sedotan. Harga sedotan pack yang dijual di
agen-agen terdekat harganya sangat murah dan
terjangkau (Rp. 3000/per pack).
Sering dijumpai saat makan di Cafe, Restoran cepat saji ataupun warung
minumannya diberi sedotan, padahal sudah ada sendoknya untuk mengaduk minuman.
Diminum langsung pun bisa tanpa perlu sedotan. Takut lisptiknya luntur? atau
takut nggak dicap modis kalau nggak pakai sedotan?.
Perbedaan
minum menggunakan sedotan atau tidak memang ada bedanya? Tentu ada, kalau
sedotan sendiri bisa kalian cek lubang didalamnya terdapat kotoran kecil-kecil
semacam pasir, bisa jadi sedotan itu
diproduksi dengan daur ulang (sedotan warnanya loreng-loreng). Lalu digunakan
untuk jalannya air menuju tenggorokan. Bisa dibayangkan jika hal tersebut
dilakukan berulang-ulang ada berapa kotoran mengendap dalam dada manusia. Bahan
dari sedotan sendiri juga berasal dari kimia otomatis akan berdampak pada tubuh
manusia jika sering-sering mengkonsumsi barang berbahan kimia.
Meminum
langsung tanpa memakai sedotan jauh lebih nikmat dan segar (menggunakan gelas,
atau tumbler minum). Karena bibir mulut langsung bisa merasakan sensasi minuman
tersebut.
Minim
tisu. Sepertinya kita harus kembali
menerapkan kebiasaan waktu kecil era 90 an. Waktu kecil sering dibiasakan
ketika pergi ke sekolah tidak lupa bawa bekal, tumbler minuman dan tidak lupa
sapu tangan lucu. Penggunaan tisu waktu itu masih jarang. Tapi sekarang bisa
kita lihat di era serba praktis marak sekali penggunaan tisu dari mulai warung,
resto, bepergian, dalam rumah pun ikut-ikutan menggunakan tisu. Sedikit-sedikit
tisu, bersin-bersin (pakai tisu), habis cuci tangan (tisu lagi), makan yang
panas dan berminyak (tisu lagi).
Semakin
tinggi produksi tisu semakin banyak pohon yang akan sering ditebang dan semakin
panas bumi kita ini. Mungkin memang praktis menggunakan tisu jika bepergian.
Boleh menggunakan tisu dengan sewajarnya dan seperlunya saja. Tapi akan lebih
baik kembali menggunakan sapu tangan/serbet yang bisa dicuci setelah dipakai.
Manfaatkan
sampah plastik. Sampah itu bukan berati musuh yang nyata
dimuka bumi, melainkan sahabat yang membutuhkan perhatian, dari mulai sampah
organik dan anorganik bisa dimanfaatkan dan menghasilkan barang bernilai jual
tinggi. Misalnya dari bungkus plastik jajan, kopi dan kebutuhan dapur lainnya,
bisa dibuat menjadi ecobrik yang penggunannya bermacam-macam. Contohnya seperti
ini
Cara
buatnya simpel
Atau dari bungkus jajan bisa
digunakan kerajinan seperti tas dompet
Memulai
dari sendiri untuk meningggalkan plastik secara perlahan dengan langkah kecil.
Menggerakkan kebaikan memang ribet perlu kerja ekstra untuk keluar dari
kebiasaan yang kita lakukan. Mungkin banyak yang menyangkal baru satu orang aja
yang melakukan apa dampaknya?. Kedengarannya sepele tapi jika dimulai dari satu
gerakan diri sendiri dan kita sendiri yang ikut menyebarkan insyaallah pasti
berdampak. Jangan menunggu gerakan kebaikan bersama-sama tapi mulailah dari
diri sendiri untuk menebar gerakan kebaikan.
Dengan
ikut berpartisipasi mengurangi sampah plastik, kita juga ikut menjaga ekosistem
lingkungan sekitar demi kelangsungan makhluk hidup lainnya. Bumi kita juga
perlu dirawat untuk masa depan anak dan cucu kita nanti.
Salam
lingkungan sehat
Sidoarjo,
20 Januari 2019
Terima kasih untuk informasinya. Alhamdulillah sejak 2014 saya sudah mulai mengurangi penghunaan plastik. Meskipun agak sulit untuk mengajak anggota keluarga, tapi senangnya lagi, ada beberapa.komunitas dan iinstansi yang menggalakkan aksi diet plastik.
BalasHapussaya sudah mulai pakai sedotan non plastik dan masih belajar banget untuk diet plastik
BalasHapusSelalu salut sama ibu-ibu penggerak minim zero waste atau no plastic seperti ini. Jujur saya masih termasuk yang slebor jadinya masih suka menggunakan tisu. Sepertinya memang harus mulai berubah nih. Alhamdulillah kalau belanja bulanan sudah dengan tas daur ulang.
BalasHapusUntuk sedotan saya juga sudah mulai mencari alternatif, untuk tisu nih harus mulai mencari kain perca nih kayaknya hehehehe.
Terima kasih untuk informasi, tips, dan pengingatnya ya Bun ☺
Jujur ya saya masih muda dan masih kuliah...lah disebut Ibu Ibu
HapusZaman kecil kayaknya memang jaraaang banget pegang atau pakai tisu..hihi. Sekarang, Subhanallah apa-apa dikit pake tisu. Pemakaian kantong kresek pun banyak banget...tapi supermarket sudah mulai menawarkan tas daripada kresek. Masalahnya masyarakatnya enggan...susah memang ya..
BalasHapusWah, wmamg plastik tuh penggunaanya mash dibutuhkan y. Tp klo meniru nergara lain yg menggunakan kertas untuk kantong blanjaan bs gak y? Js ingat ortu jaman baheula, klo mau ke pasar bw jinjingan sndiri. Mgkn bisa tiru, hehe
BalasHapusSepertinya kudu berjuang biar minim menggunakan plastik, sedotan udah jarang, tisue sama keresek masih sering digunakan. Untuk mengubah ini butuh waktu dan dibiasakan memang
BalasHapusSaya masih harus banyak belajar soal mengurangi penggunaan plastik, karena saya termasuk yang apa2 dibungkus plastik.
BalasHapusharus mulai memantapkan hati untuk berdaur ulang dan mengurangi menggunakan plastik dalam kehidupan niy mbak..terkadang aku belum konsisten menerapkannya..baru mulai berubah pada tas belanja doank hiks
BalasHapusSaya sudah berusaha mengurangi penggunaan plastik ni Mbak. Kalau beli makanan juga suka bawa wadah sendiri. Saya pun bawa minum dg botol kalau bepergian. Membeli produk dg kemasan besar dibanding sachet. Meskipun belum sempurna.
BalasHapusBtw ecobrick itu buat apa mbak? Hm. Menarik.
Semoga masyarakat semakin sadar akan baiknya mengurangi sampah plastik ini, bersama ilmuwan dan pemerintah juga terus mengembangkan produk yg praktis untuk menggantikan plastik.
Alhamdulillah di sekolah kami sudah melakukan sedikit demi sedikit mbak walau belum maksimal karena masih baru banget
BalasHapuswah saya baru bisa "no Tissue", mbak. Program no plastik ini mungkin baru bisa dinikmati 20 tahun mendatang, Asal kita rajin mengkampanyekan kepada keluarga dan lingkungan sekitar. Semoga kampanye mengurangi sampah plastik ini berhasil di masa depan.
BalasHapusWaduh, Saya masih harus belajar nih move on dari plastik, tisu, sedotan, dan benda2 lain yang di ulas di atas. Terima kasih sudah diingatkan ya Mbak.
BalasHapusSedang berusaha diet plastik juga, nih. Kalau no plastic sih saya belum bisa. Ya, sebenernya bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti bawa bekal dan tumbler sendiri, ya.
BalasHapusOia, saya sudah mulai bikin Ecobricks juga, nih. Karena bikin tas daur ulang dari bungkus plastik belum bisa, jadinya dikemas jadi Ecobricks saja. Praktis :)
Kalau saya paling suka bawa botol minum sendiri jadi nggak usah beli gitu. Jadi, selain hemat plastik juga hemat uit mbak. Juga kalau pas belanja bawa tas belanja sendiri yang bisa dilipat gitu lho, khan cute :D
BalasHapusSaya juga suka marung alias makan di tempat. Karena lebih ringkas gak pelru bawa2 pulang si plastik. Selain itu juga malas nyucinya sih. Hehe.
BalasHapusSaya sudah kurangi pakai sedotan mb. memang sampah plastik ini sangat penting untuk dipikirkan. Hebat artikelnya mb.
BalasHapusAku juga sedang mengurangi sampah pelastik nih, mba. Karena sampah pelastik sekarang sudah ada di mana-mana, mengotori dan bisa menjadi pemicu banjir jika dibuang sembarangan ke sungai.
BalasHapus